Renungan dan Ibadah Minggu, 11 April 2021

“Sehati dan Sejiwa”

Kisah Para Rasul 4:32-37
Cara hidup jemaat

4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
4:34 Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
4:37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Tidak perlu tunggu punya banyak uang dulu baru berbuat baik, membantu orang yang membutuhkan atau berdonasi, apa yang ada untuk dapat dilakukan, laksanakan. Abby Ross yang berusia 6 tahun mengumpulkan tujuh ribu buku untuk didonasikan ke Semple Elementary School, tempat ibunya mengajar. Keinginan Abby muncul setelah sang ibu mengatakan bahwa beberapa siswa di sekolahnya ada yang tidak mempunyai buku untuk dibaca di rumah. Abby tertegun dan bertanya kepada ibunya, apakah aku boleh memberikan bukuku untuk mereka? Sang ibu pun mengizinkannya. Keinginan Abby untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki buku adalah tindakan berbagi, sekalipun nampaknya sederhana, tetapi berdampak besar bagi orang lain. (Invocasio).

Demikian juga jemaat mula-mula yang memiliki karakter berbagi di atas rata-rata. Mengapa demikian? Mereka masing-masing rela mengumpulkan segala hartanya, kemudian dibagikan kepada saudara seiman yang membutuhkan melalui para rasul. Mereka sangat terinspirasi oleh Kristus yang rela mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Dengan melakukan hal ini, mereka bersukacita memenuhi salah satu dari hukum yang utama dan terutama, yaitu mengasihi sesama kita sama seperti diri kita sendiri. Pemberian itu harus dilakukan dengan tulus, karena Tuhan selalu memberkati dengan berlimpah-limpah terhadap orang-orang yang mau memberi dengan tulus hati. Kebersamaan telah membentuk sebuah ikatan dalam satu komunitas tubuh Kristus. Kesehatian di antara mereka menghasilkan sikap kerelaan untuk berkorban dan hidup saling menopang satu sama lain, bukan hanya dalam hal rohani saja, tetapi juga secara jasmani. Harta milik setiap orang menjadi milik bersama, dan mereka hidup dalam kelimpahan anugerah Allah. Itulah sebabnya di antara mereka tidak ada seorang pun yang merasa berkekurangan, sehingga mereka bukan hanya mau memahami kebenaran dan kuasa Injil, tetapi juga mau belajar mempraktikkannya dalam komunitas tubuh Kristus (ay. 33 Jemaat mula-mula bersekutu dari satu rumah ke rumah yang lain tiap-tiap hari karena mereka belajar mengenal satu sama lain dan berbagi, serta mereka hidup dalam “kasih karunia” Allah yang melimpah-limpah. (Bacaan). Dengan hidup yang dikuasai oleh kasih Kristus, maka jemaat kuat dan bersatu untuk menghadapi berbagai ancaman dan penganiayaan. Seperti ketika Petrus di penjara, jemaat bersatu mendoakannya sehingga Ia dapat dibebaskan secara mujizat. Kepedulian tersebut membuat mereka mulai memahami bahwa Yesus terlebih dahulu mengasihi mereka. Tanpa kasih Kristus, tidak ada seorang pun yang dapat mengasihi sesamanya dengan benar. Hal inilah yang mendorong jemaat rela menjualnya untuk dipersembahkan demi kelanjutan karya Allah, yang salah satunya adalah pekerjaan diakonia (34-35). Figur Barnabas, yang dijuluki “anak penghiburan”.Sebenarnya pekerjaan penghibur itu adalah Roh Kudus. Barnabas adalah seorang yang hidupnya penuh dengan Roh Kudus dan kasih karunia, yang mampu menjadi duta dan penggerak dalam hal melayani dan berbagi.

Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Yesus maka karakteristik hidup iman harus nyata dalam tindakan dengan mencintai hidup rukun, sehati dan sejiwa dengan saudara-saudarai seiman. (Tema), saling berbagi, mau mendahulukan kepentingan orang lain, tidak rakus tetapi hidup dalam kasih karunia. Mereka yakin dan percaya bahwa apa yang mereka lakukan akan menyenangkan Tuhan, dan hidup mereka seutuhnya adalah kepunyaan Tuhan. Jadi, mereka tidak ragu atas kuasa dan rancangan Tuhan dalam hidupnya. Bukankah meragukan kusa Tuhan atau bahkan khawatir akan hal – hal terkecil dalam hidup kita ini sudah termasuk kedalam dosa?
Renungan: Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari berita Injil. (Fil 1:27).

Tema: “Sehati dan Sejiwa”

Bacaan: Amsal 17: 17 – 20
Khotbah: Kisah Para Rasul 4:32 – 37

Pengkhotbah: Pdt. Maslon Ginting
Peliturgi: Pt. Irianto Tarigan
Pembuka Ibadah & Pewarta: Pt. Philemon Tarigan
Pemusik: Ruth Daniella br. Purba
Pemandu Lagu: Nd. Ruth Purba & Rehme Warinta br. Ginting
Operator LCD: Pt. Sergius Ketaren

Tim Streaming: Iin br. Ginting, Prananta Sembiring, Carlos Sembiring, Janta Surbakti, Dio Tarigan