Sermon 03 Maret 2021; Kejadian 6:5-8
Tema: Tuhan Ngidah Kejahatan Manusia
=================================
6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, 6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. 6:7 Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” 6:8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
Siapakah Anak-anak Allah ini?
Kemungkinan pertama: Anak-anak Allah itu adalah keturunan Set yang hidup saleh serta dekat dengan Allah sehingga dianugerahi gelar “Anak-anak Allah”. Sedangkan anak-anak perempuan itu adalah keturunan Kain yang berdosa membunuh Habel. Anak-anak perempuan itu dihantui dosa leluhurnya.
Kemungkinan kedua: Anak-anak Allah itu adalah manusia-setengah-dewa. Atau, biasanya para raja/penguasa dianugerahi gelar “Anak Dewa Kebiasaan pengkultusan raja ini sangat familiar pada saat itu. Anak-anak Dewa itu mengumpulkan perempuan sebagai selir dalam istananya.
Kemungkinan ketiga: Mungkin akan lebih jelas jika kita memandang dari latar belakang religius Bangsa Timur Tengah adalah para malaikat di surga. Mereka dari surga turun ke bumi, mendapati anak-anak perempuan manusia cantik-cantik lalu menikahi mereka sebanyak yang mereka sukai. Dengan demikian mereka melintas batas antara surga dan bumi Anak-anak Allah “melihat” anak-anak perempuan manusia “cantik/indah dan “mengambil”-nya. Ketiga kata itu sebanding dengan Kej. 3:6, Hawa “melihat” bahwa buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu “baik”, dan kemudian “mengambil”-nya untuk dimakan dan diberikan kepada suaminya. Kesejajaran ini menggambarkan bahwa apa yang dilakukan Anak-anak Allah itu sebagai tindakan yang tidak pantas dan menjadi awal mula dosa.
Tuhan bermaksud memberi hukuman atas dosa-dosa manusia yang telah begitu dalam, maka Pada ayat 7 Tuhan hendak “menghapus atau memunahkan” manusia Namun yang mengherankan adalah, jika yang berdosa adalah Anak-anak Allah yang menembus batas, mengapa justru manusia yang dihukum? Kejadian 6:5 dapat dibaca bahwa bangsa manusia yang dominan adalah Ras Nepilim yang memiliki kecenderungan hati untuk berbuat dosa dan kejahatan yang mereka lakukan dari hari ke hari Dengan demikian menjadi masuk akal mengapa justru manusia yang dihukum Tuhan.
Dalam penghukuman itu tentu bukan dilakukan secara spontan, tiba-tiba, atau dadakan Tuhan tentu tidak akan menghukum suatu kesalahan saja tetapi dilakukan dengan berkali-kali secara sadar bahkan menjadi tabiat, justru karena manusia tahu apa yang mereka lakukan adalah dosa dan tetap melakukannya, Tuhan tidak menghukum sebagai seorang hakim yang penuh dendam dan amarah, tetapi sebagai orang tua yang kecewa, terluka, dan merana oleh karena tingkah anak-anak-Nya Pada ayat 6 dikatakan bahwa Tuhan “menyesal” telah menciptakan manusia. “Menyesal” Ibrani (niham) benar-benar menyakiti dan mengoyak hati Tuhan..Mereka memilih untuk terus dan terus melakukan sesuatu hal yang menyakiti hati Tuhan sehingga kesabaran-Nya habis. Pada ayat 7 Tauhan dengan hati terluka memutuskan,”Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, Hal itu dapat dipandang sebagai usaha Tuhan untuk mentahirkan/menguduskan kembali umat manusia, lewat seseorang bernama Nuh yang menaruh kasih karunia (Kej. 6:8).
Renungan :
- Dosa terjadi bukan karena kehendakNya, juga bukan berasal dari-Nya, melainkan dari kehendak bebas manusia itu sendiri. Karena manusia begitu rentan terhadap kematian Tuhan senantiasa memperbarui perjanjian antara Dia dengan manusia. Pada Kejadian 1:28-30 TUHAN mengadakan perjanjian dengan berkat kepada manusia pertama, kemudian pada akhir cerita Nuh (Kej. 9:1-3) Tuhan memperbarui perjanjian dengan rumusan yang sama setelah menghapus dosa-dosa manusia. Tuhan, meskipun dalam amarah-Nya yang dahsyat, senantiasa menaruh kasih setia kepada manusia.
- Kasih karunia Allah.
Nuh dinyatakan sebagai telah diterima oleh Allah, karena dengan hidup secara lurus / jujur dan bermoral, sebab ia mampu menjaga dirinya murni dari polusi yang umum dari dunia; tetapi dari mana ia mencapai ketulusan ini, kecuali dari kasih karunia yang menjaga / mencegah dari Allah? Karena itu, pemulaian dari kebaikan ini adalah belas kasihan yang bersifat kasih karunia dan semuanya ini diterima sebagai ucapan syukur atas iman kita kepadanya.
- Domba dan babi memang sama – sama hewan tetapi keduanya memiliki tabiat yang berbeda. Jika domba jatuh ke dalam kubangan maka secara spontan ia akan berusaha keluar karena domba adalah binatang yang tidak suka dengan hal yang kotor. Tetapi babi kalau jatuh ke dalam kubangan justru makin asyik menikmati dan tidak mau ke luar . Kita bisa jatuh ke dalam dosa tetapi mesti segera bangkit dan bertobat dari dosa. Oleh sebab itu hari ini kita diperhadapkan pada pilihan iman. Menjadi Terang atau menikmati Gelap ? Bila kita sudah mendapatkan kasih karunia dalam Kristus, marilah memelihara iman dengan hidup berkenan kepada Allah meskipun kita berada di tengah – tengah angkatan yang bengkok hatinya.