Renungan Khotbah, Minggu 08 November 2020

Karakter Yang Membawa Damai Sejahtera

Bilangan 11: 31 – 35
Burung puyuh

11:31 Lalu bertiuplah angin yang dari TUHAN asalnya; dibawanyalah burung-burung puyuh dari sebelah laut, dan dihamburkannya ke atas tempat perkemahan dan di sekelilingnya, kira-kira sehari perjalanan jauhnya ke segala penjuru, dan kira-kira dua hasta tingginya dari atas muka bumi.
11:32 Lalu sepanjang hari dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu–setiap orang sedikit-dikitnya mengumpulkan sepuluh homer–,kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar sekeliling tempat perkemahan.
11:33 Selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar.
11:34 Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus.
11:35 Dari Kibrot-Taawa berangkatlah bangsa itu ke Hazerot dan mereka tinggal di situ.

Dalam Minggu Kesehatan ini kita diajak untuk melihat kasih Allah, hal ini berarti kita harus menjaga prilaku/gaya hidup yang mendatangkan kesehatan, yakni sehat jasmani dan juga sehat secara rohani. Ada pepatah: Di dalam tubuh yang sehat terdapat juga jiwa yang sehat. Melalui renungan hari ini kita diajari bahwa hidup harus dihargai dan selalu dijaga dengan baik dan benar. Disinilah kesempatan bagi kita untuk menyatakan bahwa kehidupan anak-anak dunia sangat berbeda dengan anak-anak Tuhan, yakni dengan memiliki gaya hidup melalui sikap dan prilaku yang kudus. Karena itu, kita diperintahkan menjauhkan diri dari percabulan, kecemaran, dan keserakahan, karena kehidupan yang demikian disamakan dengan penyembah berhala dan dijamin tidak akan mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan kesengsaraan, terlebih tidak akan mendapat tempat di Kerajaan Allah.

Kita tahu bahwa bangsa Israel selalu dicukupkan Tuhan makanan bagi mereka selama di padang gurun sehingga tidak pernah kelaparan. Namun demikian, banyak orang Israel bersungut-sungut karena mereka terus menginginkan makan daging. Tuhan akan melakukan hal yang luar biasa, yang mustahil di mata manusia, supaya mereka tahu bahwa Tuhan yang mahakuasa yang memelihara mereka. Tuhan tetap memberikan walaupun Dia tidak berkenan karena mereka telah menolak Tuhan di tengah-tengah mereka. Lalu Tuhan meniup angin yang membawa burung puyuh ke perkemahan bangsa Israel. Mereka mengumpulkan burung puyuh tersebut selama dua hari satu malam, begitu banyaknya burung puyuh yang diberikan Tuhan sehingga mereka sedikitnya memperoleh sepuluh homer setiap orangnya (ay. 32b). Kamus Alkitab : 1 orang mendapatkan burung puyuh sebanyak 3.600 kg atau sama dengan: 3,6 ton. Tuhan murka dan memukul bangsa tersebut dengan tulah yang sangat besar sehingga orang orang rakus tersebut mati. Tempat itu bernama Kibrot-Taawa, artinya tempat kuburan para manusia rakus, karena masalah utamanya adalah kerakusan untuk kepuasan dirinya dan telah menjauhkan jalannya dari Tuhan. Bangsa Israel kemudian meninggalkan tempat itu. Mereka kehilangan banyak nyawanya karena dihancurkan dengan apa yang mereka kumpulkan sebab Allah murka pada kerakusan. Melalui tindakannya membuat mereka mengalami krisis iman dan memberontak kepada Tuhan sehingga sudah kehilangan kemuliaan Allah.

Ketamakan (sifat rakus) bangsa Israel membuat mereka mengambil jauh melebihi dari kebutuhannya, dan menjadikannya hidup egois. Coba bayangkan selama dua hari mereka tidak mengalami kelelahan karena pikiran hanyalah untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya burung puyuh yang Tuhan kirimkan. Kerakusan membuat mereka membabi buta tanpa jelas tujuannya. Sifat tamak ternyata tidak hanya pada jaman dulu bahkan sampai saat ini juga masih ada dalam diri manusia. Contoh: Ketika awal merebaknya pandemi covid-19, ada banyak orang di berbagai pelosok dunia yang memborong barang-barang tertentu (masker, hand sanitiser, tissue dsb) dan menumpuknya, bahkan melebihi dari apa yang mereka perlukan, untuk kepentingan/keuntungan diri sendiri. Bahkan ada yang ditangkap dan harus berurusan dengan hukum karena kedapatan menumpuk barang tertentu dengan sengaja demi meraih keuntungan berlipat ganda. Ketamakan dapat merugikan diri sendiri, sekaligus mendatangkan murka Tuhan. Kerakusan ternyata bukan hanya membutakan mata kita untuk melihat dan menghargai berkat Tuhan, tetapi juga membutakan mata untuk melihat seberapa besar kebutuhan kita yang sebenarnya.
Renungan: Dengan menyangkal diri membawa kita pada suatu pengakuan akan berkat Tuhan, sehingga dapat mencukupkan diri dengan apa yang sudah diterima, dan bersyukur untuk segala sesuatu, di mana Tuhan terus menuntun arah jalan kita kepada yang baik dan benar.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 08 November 2020