Renungan Khotbah, Minggu 01 November 2020

Reformasi Spiritualitas

2 Raja-raja 23: 1 – 14
Pembaharuan yang dilakukan Yosia

23:1 Sesudah itu raja menyuruh orang mengumpulkan semua tua-tua Yehuda dan Yerusalem.
23:2 Kemudian pergilah raja ke rumah TUHAN dan bersama-sama dia semua orang Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, para imam, para nabi dan seluruh orang awam, dari yang kecil sampai yang besar. Dengan didengar mereka ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di rumah TUHAN itu.
23:3 Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan TUHAN untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.
23:4 Raja memberi perintah kepada imam besar Hilkia dan kepada para imam tingkat dua dan kepada para penjaga pintu untuk mengeluarkan dari bait TUHAN segala perkakas yang telah dibuat untuk Baal dan Asyera dan untuk segala tentara langit, lalu dibakarnyalah semuanya itu di luar kota Yerusalem di padang-padang Kidron, dan diangkutnyalah abunya ke Betel.
23:5 Ia memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh raja-raja Yehuda untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di sekitar Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa matahari, untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit.
23:6 Dibawanyalah tiang-tiang berhala dari rumah TUHAN ke luar kota Yerusalem, ke sungai Kidron, lalu dibakarnya di situ dan ditumbuknya halus-halus menjadi abu, kemudian dicampakkannyalah abunya ke atas kuburan rakyat jelata.
23:7 Ia merobohkan petak-petak pelacuran bakti yang ada di rumah TUHAN, tempat orang-orang perempuan bertenun sarung untuk Asyera.
23:8 Disuruhnyalah datang semua imam dari kota-kota Yehuda, lalu ia menajiskan bukit-bukit pengorbanan, tempat para imam itu membakar korban, dari Geba sampai Bersyeba; dirobohkannya pula bukit-bukit pengorbanan di pintu-pintu gerbang yang ada dekat lobang pintu gerbang Yosua, penguasa kota itu, yang ada pada sebelah kiri kalau orang memasuki pintu gerbang kota itu.
23:9 Tetapi para imam bukit-bukit pengorbanan itu tidak boleh naik ke mezbah TUHAN di Yerusalem, hanya mereka boleh memakan roti yang tidak beragi di tengah-tengah saudara-saudara mereka.
23:10 Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.
23:11 Dibuangnyalah kuda-kuda yang ditaruh oleh raja-raja Yehuda untuk dewa matahari di pintu masuk ke rumah TUHAN, dekat bilik Natan-Melekh, pegawai istana, yang tinggal di gedung samping; juga kereta-kereta dewa matahari dibakarnya dengan api.
23:12 Mezbah-mezbah, yang ada di atas sotoh, tempat peranginan Ahas, yang dibuat oleh raja-raja Yehuda, dan mezbah-mezbah, yang dibuat Manasye di kedua pelataran rumah TUHAN, dirobohkan oleh raja, dan diremukkan di sana, lalu dicampakkannya abunya ke sungai Kidron.
23:13 Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.
23:14 Ia memecahkan tugu-tugu berhala dan menebang tiang-tiang berhala, lalu ditimbuninya tempat-tempat itu penuh dengan tulang-tulang manusia.

Beberapa abad lalu, Marthin Luther melakukan suatu pembaharuan dalam gereja yang dikenal dengan istilah reformasi gereja. Sebelumnya Luther telah mempelajari kitab suci untuk menemukan kebenaran-kebenaran mengenai kehidupan gereja dan persekutuan. Dia menemukan banyak ketidaksesuaian bahkan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum – oknum tertentu dengan mengatas namakan gereja. Penyimpangan yang menguntungkan bagi gereja namun menyengsarakan bagi umatnya. Reformasi gereja sebagai organisasi dapat tercapai, apabila orang-orang yang berada di dalamnya terlebih dahulu mengalami perubahan, terutama secara spiritual. Jadi perubahan dimulai dari spiritualitasnya. Spirit berarti roh perubahan karena Roh yang menggerakkan, semangat yang ada di dalam diri kita sebagai seorang percaya yang menjadikan Kristus sebagai teladan dan menjadi nyata dalam tindakan hidup.

Dalam awal pemerintahannya, Raja Yosia melakukan pembaharuan di tengah-tengah kondisi bangsa yang terpuruk, yaitu dengan mengumpulkan semua tua-tua Yehuda dan Yerusalem, mulai para imam, nabi, dan seluruh orang awam dari yang kecil sampai yang besar di Bait Allah. Lalu ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di Bait Allah. Raja Yosia menetapkan bahwa Tuhan sebagai Sumber Hikmat dalam menentukan semua keputusan. Sebagai perwujudan atas perjanjian tersebut, Raja Yosia memerintahkan imam besar Hiskia, beserta para imam lainnya untuk membersihkan dan mengeluarkan segala perkakas dewa asing, korban untuk Baal, dewa matahari, dewa bulan dan rasi-rasi bintang dan segenap tentara langit, mengeluarkan tiang-tiang berhala dan merobohkan petak-petak pelacuran serta menajiskan bukit-bukit pengorbanan di pintu-pintu gerbang. Dia juga mengelurkan larangan. Pertama bagi para imam tidak boleh naik ke mezbah Allah, dan menajiskan Tofet yang ada di lembah Ben -Hinom,dan tidak ada lagi persembahan bagi dewa Molok. Kedua: Semua bentuk-bentuk penyembahan kepada berhala dan patung-patung dibersihkan dan bagi nabi dan imam yang melanggar langsung dihukum. Apa yang dilakukan oleh Raja Yosia dilatarbelakangi oleh penemuannya dalam Taurat, bahwa Allah adalah satu-satunya yang harus disembah. Dari pemahaman yang benar akan Taurat akan mendatangkan sikap yang tepat dalam melakukan pembaharuan.

Raja Yosia membersihkan segala hal yang berkaitan dengan berhala dan mengembalikan penyembahan umat kepada Allah. Ia tidak sungkan untuk memberi perintah dan larangan demi pembersihkan rumah Tuhan. Apa yang dilakukan oleh Raja Yosia sesungguhnya mengajak kita untuk hidup dalam pembaharuan yang diawali dengan pengenalan atas kehendak Allah. Pembaharuan itu tentunya berasal dari internal, dan menyadari bahwa kita memang harus berubah kepada satu tatanan hidup baru dalam pertumbuhan iman yang mampu menantang perkembangan zaman. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap orang percaya adalah adalah bait Allah dan didiami oleh Roh Allah, yang membuat kita mampu menjalani kehidupan dengan Allah, yakni sebagai landasan spritualitas dalam hidup orang yang benar. Jika setiap pribadi mengalami perubahan menjadi semakin serupa dengan Kristus tentu gereja senantiasa juga mengalami transformasi. Dan harus dipahami bahwa transformasi bukan sifatnya sekali dan permanen, tetapi berkali-kali dan terus menerus. Oleh karena itu sebagai umat Allah maka kita terus menjaga relasi dengan Allah sehingga hari demi hari hidup kita semakin menyerupai Kristus.
Renungan: Minggu ini, adalah reformasi gereja di tengah-tengah persekutuan kita, dan terus membawa Gereja hidup dalam pembaharuan dan perubahan di tengah-tengah keberadaannya yakni sebagai alat pekabaran injil di tengah-tengah dunia. Berubahlah dalam pembaharuan kebenaran Kristus.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 01 November 2020