Bahan Sermon PJJ 11 November 2020

Nats : Amsal 14:30; 15:4
Tema: Rukur, Ranan simaba kejuah-juahen. ( Kesehatan)

14:30 Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.
15:4 Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.

Amsal 14:30, Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

 Iri hati berasal dari perasaan tidak puas terhadap diri sendiri karena melihat keberadaan orang lain.  Rasa iri bisa melanda siapa saja dan di mana saja:   Perlu kita sadari bahwa  iri hati tidak akan pernah membawa kebaikan justru merugikan orang lain, dan juga sangat merugikan diri sendiri, seperti disampaikan bahwa “…iri hati membusukkan tulang.” (Ams 14:30), bahkan di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segalam macam perbuatan jahat.” (Yak 3:16).  Jadi ‘iri hati’ adalah salah satu senjata yang dipakai iblis untuk memecah-belah anak-anak Tuhan sekaligus menjadi penghalang dalam mengasihi orang lain.  Iri hati adalah dukacita atas kesuksesan orang lain dan sebalikanya ia bersukacita atas kegagalan orang lain, dan cenderung membanding-bandingkan akibatnya ia sendiri menjadi sangat tertekan dan kehilangan damai sejahtera= Penyakit depressi: khawatir berlebihan. Daripada membuang energi lebih baik kita belajar dengan melihat potensi hidup yang harus kembangkan dengan rasa bersyukur atas anugrah Tuhan. Biarlah hati kita tetap diterangi Roh  Allah sehingga damai sejahtera kembali menguasai dan memenuhi hati dan hidup kita. Sehingga kita akan memiliki“hati yang tenang” yaitu memilih untuk memusatkan perhatian pada kemurahan hati Allah yang telah kita terima sampai saat ini.    

Amsal 15:4 Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.

“lidah lembut”,maksudnya  apa yang kita katakan kepada orang lain akan lebih baik jika diucapkan dengan cara yang lembut, bukan dengan cara yang kasar.  Lembut juga mempunyai arti yang lebih luas yakni  perkataan-perkataan dari orang-orang yang tahu tata krama, tahu aturan, sopan santun; dan juga paham dengan siapa kita berbicara: apakah sedang berkata-kata dengan anak kecil, orang dewasa, atau orangtua, lalu dengan cara apa kita berkomunikasi. Kalau cara dan sikap seperti ini kita lakukan dalam berelasi dengan orang lain, pasti akan menjadi berkat karena kata-kata yang dikeluarkan bukan kata-kata yang menyakitkan hati, melainkan sebaliknya, memberikan kekuatan, pengharapan, dan semangat hidup.

Lidah yang lembut dikaitkan dengan “pohon kehidupan”, maksudnya adalah perkataan yang lembut akan memberikan dampak “kehidupan”, Kehidupan berarti ada dinamika, ada organ yang terus bertumbuh dan berkembang, terus bergerak semakin besar dan meluas.   Kata-kata yang lembut akan membangun kehidupan yang benar. Lain halnya jika lidah itu curang, penuh kebohongan, tidak ada kejujuran, selalu berubah-ubah sehingga tidak bisa dipercaya lagi. Maka lidah yang mengeluarkan kata-kata itu akan melukai hati, bahkan mematikan orang lain. Semakin banyak orang yang terluka hatinya, pasti mereka tidak dapat bertumbuh dengan sehat. Kata-kata curang akan mematikan hidup seseorang.  

 Alu duana ayat enda teridah maka:

  1. Hati dan ucapan sangat berhubungan erat. Sebab dari hati yang tenang akan meyegarkan pohon kehidupan yaitu melahirkan ucapan syukur dan kata-kata pujian untuk bermasmur. Tetapi iri hati tidak saja melukai hati tetapi juga sebagai pembunuh sukacita. Karena itu fokuslah mengembangkan potensi yang ada di dalam diri kita. Percayalah, dengan melakukan hal ini maka hidup kita akan terbebas dari sikap iri hati, sehingga dapat membangun hubungan kasih dengan orang lain menjadi labih baik lagi. Sebab hidup dengan iri hati sangat merugikan kita, dan juga tidak mampu mengubah orang lain dengan keadaan kita. Contoh: Saudara-saudara Yusuf iri hati kepadanya, karena Yakub mengistimewakan Yusuf, ditambah lagi dengan mimpi Yusuf, yang kurang bisa dipahami dan diterima oleh mereka. Jusrtu hidup orang yang iri tetap biasa-biasa saja sementara hidup yang dibenci akan semakin lebih baik, dan tidak pernah dapat dibatalkan oleh kecemburuan manusia. Belajarlah melupakan kebaikan yang pernah kita lakukan, dengan mengingat perbuatan baik orang lain kepada kita, dan belajarlah mengingat banyak kekurangan kita dan melupakan kekurangan orang lain kepada kita.
  • Berilah hidup dipimpin oleh Roh Allah agar dapat mengendalikan diri atas perkataan lidah kita. Yang dikehendaki oleh Tuhan adalah menggunakan mulut kita untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat untuk orang lain lewat perkataan. “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya”. (Yak 1:26).   Mari kita  introspeksi diri,  mari kita ambil komitmen untuk terus berubah dan berbuah. Jangan mudah  mengutuki atau menghujat orang lain, tetapi ubahlah dengan bermasmur dan memuji Tuhan, sehingga disini senang, disana senang, dimana mana hatiku senang, terpuji nama Tuhan. Bnd. Amsal 17:22.