Renungan Khotbah, Minggu 13 September 2020

Laskar Kristus yang Tangguh

2 Timotius 2: 1 – 10
Panggilan untuk ikut menderita

2:1 Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.
2:2 Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.
2:3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
2:5 Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.

Menjalani hidup, kita harus memiliki visi yang jelas supaya tidak asal menjalani hidup saja. Untuk mencapai tujuan ini tentunya harus ada komitmen dan kesungguhan untuk membangun diri di atas kasih karunia Tuhan. Ada kuasa Tuhan yang memampukan, menguatkan, menghibur, dan juga yang memberikan kita pada waktunya mahkota kemenangan oleh iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Paulus menasehati Timotius agar di dalam pelayanan tetap kuat oleh dorongan kasih karunia Tuhan. Untuk dapat memenangkan hidup ini, kita belajar seperti seorang perajurit. Seorang prajurit harus memiliki jiwa ksatria, pantang menyerah, dan satu hal yang terpenting adalah “Siap Perintah” untuk dapat menggapai kemenangan. Ketika seorang prajurit di medan pertempuran, tidak lagi memikirkan tentang apa yang akan terjadi, bagaimana tentang keluarganya, tetapi hanya fokus menghadapi lawan agar mendapatkan kemenangan.

  1. Menjadi prajurit berarti harus siap menderita. Proses pendidikan militer bukanlah proses yang mudah, tetapi harus mulai dilatih dari disiplin dalam segala hal. Mereka dididik dengan keras dan berat hanya untuk satu tujuan, yaitu agar mereka dapat menjadi prajurit – prajurit yang berkualitas. Jadi, jika suatu saat kita menderita karena mengalami proses didikan Tuhan, jangan menjadi anak yang cengeng, tetapi hadapilah penderitaan itu supaya kita menjadi dewasa dan siap menjadi prajurit Kristus.
  2. Menjadi prajurit berarti tidak memusingkan diri kita dengan soal-soal kehidupannya, tetapi fokus kepada tugas utamanya, yaitu untuk berperang atau untuk menjaga kedamaian. Ia memiliki kepercayaan penuh kepada komandannya bahwa segala sesuatunya akan diurus dan disediakan, dan tugasnya sebagai prajurit hanyalah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
  3. Menjadi prajurit berarti harus selalu berkata “Siap!” terhadap instruksi komandannya (Mat 8:9). Bagian seorang prajurit adalah menjalankan perintah dari komandannya. Jika kita mau menjadi prajurit Kristus, maka kita harus berani berkata “Siap!” ketika Tuhan berbicara kepada kita. Kita tidak boleh menolak dengan alasan apapun, tetapi kita harus taat sepenuhnya kepada perintah Tuhan.

Menjadi prajurit bukanlah panggilan yang mudah bagi orang percaya, terlebih bagi orang yang baru saja lahir baru. Tetapi suka atau tidak suka, kita semua harus mempersiapkan diri dan memantaskan diri untuk menjadi prajurit yang baik bagi Kristus Yesus. Oleh karena itu kita harus melatih diri kita agar kita boleh semakin hari semakin berkenan di hadapan Tuhan (1 Tim 4:8). Paulus menasihati Timotius untuk menjadi pelayan Kristus yang tangguh. Demikian pula Alkitab sebenarnya hendak membentuk dan mengajar kita menjadi orang Kristen tangguh, yang tahan akan setiap kesulitan, tapi juga berjuang maju tak gentar untuk mencapai sesuatu yang indah dari Tuhan yakni tidak pernah takut terhadap kesulitan dan penderitaan. Ia tidak pusing dan khawatir akan penghidupan karena yakin Tuhan yang akan mencukupkan. Yang penting buat prajurit Kristen meraih kemenangan di dalam hidup meski harus mengeluarkan peluh keringat dan meneteskan air mata.
Renungan: Laksanakan mana yang menjadi bahagian untuk kita kerjakan, dan biarkan Tuhan melaksanakan perkerjaan-Nya dan relakanlah hasilnya Tuhanlah yang menentukan.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 13 September 2020