Renungan Khotbah, Minggu 06 September 2020

Yesus Datang Menerangi Budaya

Yohanes 2: 1 – 12
Perkawinan di Kana

2:1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
2:2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.
2:3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”
2:4 Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
2:6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
2:7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh.
2:8 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu merekapun membawanya.
2:9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu–dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya–ia memanggil mempelai laki-laki,
2:10 dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
2:11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Yesus di Kapernaum
2:12 Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja.

Apabila kita mengadakan pesta pastilah semuanya akan dipersiapkan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun, yang terbaik pun yang kita persiapkan belum tentu menghasilkan perhelatan terbaik seperti yang diharapkan. Sering saja ada hal-hal tak terduga yang dapat mengganggu, bahkan merusak atau mengacaukan acara besar itu. Hal seperti itulah yang terjadi pada pesta di Kana, ketika mereka kekurangan, bahkan kehabisan anggur di tengah-tengah acara, dan disaat sukacita itulah Yesus hadir.

Anggur merupakan hal yang sangat penting di dalam pesta Yahudi. Para rabbi mengatakan: “Tanpa anggur tak ada sukacita.” Bukannya orang -orang tersebut mabuk karena kebanyakan minum anggur, melainkan anggur memang merupakan minuman penting bagi orang Timur Tengah. Mereka minum anggur dengan campuran air, dan perbandingannya kurang lebih adalah dua takar anggur dicampur dengan tiga takar air. Kehabisan anggur di dalam suatu pesta kawin merupakan penghinaan yang tak terhingga bagi kedua mempelai. Yesus menggunakan tempayan yang biasanya digunakan untuk mencuci kaki dan tangan para tamu, setelah mereka berjalan jauh. Ini adalah air untuk mencuci, dan bukan untuk diminum. Namun lewat Yesus, air cucian bisa menjadi anggur yang baik. Artinya, dalam Yesus, kita mendapatkan definisi yang baru tentang hidup ini. Apa yang tidak terlalu berguna, bisa diubahkan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Dibutuhkan ketaatan akan cara Tuhan bekerja. Ketika Tuhan berkata-kata, pasti ada maksud dan kehendak-Nya yang perlu kita taati, seperti pelayan yang diperintahkan menaruh air ke dalam tempayan. Perubahan yang Tuhan kerjakan dan ketaatan kita sebagai tanggapan kepada-Nya, perlu dirasakan oleh orang disekitar kita. Ketika Tuhan bekerja, perubahan yang pertama-tama terjadi adalah perubahan dari dalam. Hati, karakter, iman, paradigma. Seperti dikatakan pemimpin pesta, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Mempelai di Kana menikmati semua itu tanpa ikut merasakan kepanikan dan ketegangan saat anggur habis ditengah-tengah pesta, tanpa turut memikirkan dan mencari jalan keluarnya. Tetapi kemudian, menerima kemuliaan karena mujizat yang diterima dengan cuma cuma seperti sebuah hadiah yang tak pernah dimintanya.

Seperti Kristus memperbaharui melalui penebusan, bukankah kita juga dipanggil untuk memperbaharui dunia dengan menjadi terang? Ingat, budaya itu tergantung pada manusianya. Artinya, kalau manusianya benar karena sudah diperbaharui budayanya pasti dalam kerangka memuliakan Tuhan, karena sudah diperbaharui. Jadi, yang dipentingkan adalah manusianya bukan budayanya. Yang dipentingkan adalah isinya bukan kulitnya. Kita tidak dipanggil menghancurkan bahkan menistakan budaya, namun memperbaharui dan mentransformasi kepada kebaikan. Yesus datang di pesta Kana untuk mengubah sesuatu yang berbeda dari biasanya sehingga perjalanan pesta tetap penuh sukacita, sampai orang bertanya tanya tentang anggur yang tetap terbaik disajikan bagi semua yang hadir. Renungan: Sebagai mahluk berbudaya manusia dituntut untuk mengasihi sesamanya seperti mengasihi diri sendiri. Sebab harus disadari bahwa orang Kristen, hanya tunduk secara absolute kepada Kristus bukan kepada budaya. Sebaliknya, kita juga sadar bahwa sebagai orang Kristen kita juga tidak dapat mengasingkan diri dari budaya. Oleh karena itu, jadilah terang Kristus dalam berbudaya.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 06 September 2020