Renungan Khotbah, Minggu 23 Agustus 2020

Setia dan Penuh Kasih

2 Samuel 9: 1 – 13
Daud dan Mefiboset

9:1 Berkatalah Daud: “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.”
9:2 Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.”
9:3 Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.”
9:4 Tanya raja kepadanya: “Di manakah ia?” Jawab Ziba kepada raja: “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar.”
9:5 Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar.
9:6 Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: “Mefiboset!” Jawabnya: “Inilah hamba tuanku.”
9:7 Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.”
9:8 Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?”
9:9 Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: “Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu.
9:10 Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba.
9:11 Berkatalah Ziba kepada raja: “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.
9:12 Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset.
9:13 Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.

Rene Descartes, seorang pemikir rasionalis Perancis abad ke-17, pernah mengatakan bahwa untuk mengetahui apa yang dipikirkan seseorang, lihatlah tingkah laku mereka, bukan perkataan mereka. Mengapa demikian? Karena banyak orang yang menunjukkan kata – kata dan perbuatan yang sangat bertolak belakang. Ada orang yang mengajarkan sesuatu tetapi melakukan yang lain. Ada orang memperkenalkan dirinya sebagai orang yang mempunyai sifat ini atau itu tetapi kenyataannya malah sebaliknya. Ada yang berkoar-koar menunjukkan keberaniannya tetapi ketika bahaya datang mereka terus lari dan menghilang. Kata-kata harus dihargai melalui komitmen maka perjanjian yang kita lakukan dapat dipandang lebih tinggi, apalagi perjanjian yang diikat di hadapan Allah.

Kerajaan Israel kuat selama pemimpin mereka takut akan Tuhan, terbukti selama Daud takut akan Allah, seluruh kerajaan mendapatkan berkat damai sejahtera dan keamanan. Daud tidak melakukan apa pun tanpa bertanya kepada Tuhan, juga mempertahankan kebenaran-Nya dengan menjadikan Mefiboset salah satu anak angkatnya. Ini menandakan bahwa Daud bukan hanya taat kepada perjanjian yang telah dibuatnya, tetapi dia juga dengan setia berusaha memenuhi apa yang telah dia janjikan sebelumnya. Mengambil Mefiboset dan memberikannya belas kasihan bukanlah kewajiban dia sebagai raja. Tetapi, kesetiaan Daud dengan menghormati perjanjian yang telah dibuatnya membuat dirinya layak menjadi raja yang memimpin Israel. Daud menghormati perjanjiannya dengan Yonatan sebagai suatu perjanjian yang diikat di hadapan Allah (1Sam. 23:18). Daud setia kepada perjanjian yang diikatnya sama seperti Tuhan juga setia dengan perjanjian yang diikat-Nya dengan umat-Nya. Berbeda dengan Saul yang sangat mudah mengabaikan apa yang telah dia janjikan, Daud setia kepada apa yang telah dijanjikannya dan mengundang Mefiboset untuk menjadi anggota keluarganya sendiri. Kita semua adalah cucu Adam dan mewarisi keberdosaan Adam. Tetapi Kristus menggenapi janji keselamatan yang telah Allah berikan kepada Abraham dan mengundang kita untuk menjadi anggota keluarga Allah. Alangkah bahagianya memperoleh anugerah sedemikian besar dari Kristus. Ketahuilah bahwa keselamatan yang kita dapatkan bukan hanya meluputkan kita dari hukuman saja, tetapi menjadikan kita boleh makan sehidangan dengan Kristus sendiri (Why. 19:9). Dari orang-orang hukuman menjadi anggota keluarga. Betapa besar anugerah-Nya.

Sebagaimana Daud mengalami aliran kasih Allah dengan kasih itulah ia mampu menunjukkan kekuatan kesetiaannya. Tentunya juga kita pasti akan dimampukan untuk memenuhi janji kepada orang lain, sekalipun tidak ada untung bahkan ada orang yang telah melupakannya. Sebab kesetiaan kita kepada Allah akan terlihat dari kesetiaan kita kepada orang lain. Kita harus terlebih dahulu menyambut Tuhan Yesus yang mengajak kita makan dan minum semeja dengan-Nya di dalam Kerajaan-Nya (Luk. 22:30). Selanjutnya, kasih-Nya akan memenuhi hati kita dan memotivasi kita untuk menyatakan kasih-Nya kepada sesama. Karena Tuhan telah menerima dan mengasihi kita, kita pun dimampukan untuk menerima dan mengasihi sesama kita.
Renungan: Orang Kristen yang paling tidak bisa dipercaya mulutnya adalah orang Kristen yang krisis bahkan gelap imannya.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 23 Agustus 2020