BE THE SALT AND THE LIGHT
Matius 5: 13 – 16
Garam dunia dan terang dunia5:13 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”Sira ras terang
5:13 “Bagi sira si seh kal perluna guna pangan, bage pe kam nandangi kerina manusia. Tapi adi sira e lanai masin, lanai banci ibahan masin mulihi. Sira e lanai erguna, e maka iambekken jenari idedehi kalak.
5:14 Bagi terang si seh kal perluna i bas gelap, bage pe kam nandangi doni enda. Kuta si lit i das uruk la banci lang teridah.
5:15 Labo isagani kalak lampu kenca bage itutupina alu tumba; tapi itamakenna ku datas nahe pertendangen, gelah terang iakap kalak kerina si lit i bas rumah e.
5:16 Dage, ersinalsal lah min terangndu i lebe-lebe kalak si nterem gelah adi idahna perbahanenndu si mehuli, ipujina Dibata, Bapandu si i Surga.”
Shalom Permata??
PA Permata Online
Sudah rindu untuk bersekutu bersama?
Mendengarkan dan sharing Firman bersama?
Kami mengundang seluruh teman-teman Permata untuk bersama sama terlibat dalam PA Permata Online yang akan diadakan pada:
?: Kamis, 9 Juli 2020
⏰: 19.30 WIB
?: Be the Salt ad the Light
?: Matius 5: 13 – 16
?: Pdt. Maslon Ginting
PA Permata Online secara live menggunakan aplikasi Zoom
Stay tune ya Permata dan jangan lupa ajak teman yang lainnya ya…
See you! Bujur.. Tuhan simasu-masu??
Agar PERMATA GBKP:
- Menjadi garam dan terang sesuai dengan Nas
- Bijak dalam menggunakan IT
Metode: Sharing
I. PENDAHULUAN
Di era digital, penetrasi pengguna internet meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jumlah jiwa yang telah menggunakan akses internet di Indonesia mencapai 171,17 juta, dari total populasi penduduk Indonesia yakni 264,16 juta jiwa. Artinya, kebutuhan pokok manusia di zaman sekarang selain papan, sandang, pangan, ada paket. Perkembangan yang terjadi pun memiliki resiko dan kerugian di berbagai sisi. Salah satunya adalah penyalahgunaan informasi elektronik yang berujung pada kerugian, contohnya hoax. Dalam perkembangannya, Indonesia mengesahkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) pada tahun 2008, sebagai upaya menertibkan segala perilaku yang merugikan tersebut. Tapi sayangnya, upaya tersebut belum memberikan hasil yang maksimal. Masih sering ditemui kasus-kasus yang terjerat undang-undang ITE. Realitas ini menunjukkan bahwa kemajuan yang terjadi tidak dibarengi dengan meningkatnya kebijaksanaan dalam penggunaan internet. Sebagai pengguna terbesar, kaum muda (usia 18-34 tahun) memiliki peran penting dalam memanfaatkan jaringan internet ini. Mengapa? Karena menurut penelitian lebih dari 8 jam dalam satu hari kita menghabiskan waktu bermain dengan internet (facebook, twitter, instagram, streaming, dll). Semakin kita salah menggunakan kemajuan teknologi ini, maka semakin banyak kerugian yang ditimbulkan. Oleh karena itu, PERMATA sebagai generasi muda GBKP diajak bahkan dituntut untuk tanggap digital sembari menggunakannya untuk berbagi informasi yang bermanfaat.
Data ini berdasarkan penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terhadap survey di tahun 2018.
https://aptika.kominfo.go.id/2019/02/menilik-sejarah-uu-ite-dalam-tok-tok-kominfo-13/ diakses pada tanggal 16 Oktober 2019.
II. ISI
Teks perenungan kita adalah sebuah khothah Yesus diatas bukit terhadap hanyak pengikutnya. Khotbah itu terangkum dalam Mathus pasal 57. Terkait Matius 5:13-16 adalah sebuah panggilan dan pengakuan Yesus terhadap setiap pengikut-Nya. Layaknya sebuah khotbah, Yesus pun sedang menasthati setiap pengikut-Nya untuk meyakini panwglan dan pengakuan yang Yesus ajarkan, yakni menjadi garam dan terang.
Ayat 13 adalah sebuah penetapan tugas. Kita tidak lagi ditanya apakah ingin menjadi garam atau tidak, melainkan kita adalah garam tersebut. Oleh sebab itu, jika kita sudah menjadi garam maka sudah seharusnyalah kita menjalankan tugas kita. Metafora garam dipakai untuk menunjukkan seberapa besar kuasa setiap orang yang dipanggil-Nya dalam memengaruhi kehidupan dunia. Garam sebagai sebuah bumbu pemberi rasa, tidak membutuhkan kuantitas yang banyak melainkan membutuhkan kualitas yang sangat balk. Jika sebuah garam dengan kualitas yang bagus dipakai dalam jumlah yang sedikit, la sudah berdampak bagi sebuah makanan. Begitu juga sebaliknya, jika banyak pun garam diberikan dalam sebuah makanan, tapi tidak memiliki kualitas yang baik maka makanan tersebut terasa hambar.
Begitu juga yang Yesus harapkan terhadap setiap pengikut-Nya. IA tidak pernah mengharapkan banyak orang, melainkan IA mengharapkan setap pengikut-Nya memiliki kualitas yang sangat baik sehingga berdampak bagi orang lain. Selain menjadi garam, Yesus pun menekankan bahwa setlap pengikut-Nya adalah terang (ayat 14). Menjadi terang mengartikan bahwa setiap pengikutnya seharusnya sadar bahwa mereka diperhatikan dan diteladani. Artinya, jika sebuah terang berada ditengah kegelapan maka la akan menjadi pusat perhatian; semua orang akan berjalan menujut terang tersebut. Setiap pengikut-Nya adalah terang menunjukkan bahwa Yesus mengharapkan teladan dan arah baik yang ditunjukkan oleh setiap pengikut-Nya.
Ayat 15-16 menekankan bagaimana pentingnya terang dan dampaknya bagi orang banyak. Setiap pengikut Yesus diharapkan menjadi terang yang berdampak bagi orang lain. Terang itu bukan hanya bagi-Nya tapi juga bagi manusia agar setiap manusia yang merasakan terang itu merasakan juga kehadiran Allah dalam kehidupannya. Artinya, setiap orang yang mengikuti-Nya memiliki tanggungjawab untuk menghadirkan Allah dalam kehidupan manusia melalui menjadi terang.
Garam dan terang menjadi sebuah metafora yang mengajarkan kita bahwa kita yang adalah orang percaya kepada Yesus Kristus harus memberi rasa, berdampak, menjadi pusat perhatian yang berkualitas, dan bertanggungjawab menghadirkan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya itu kita lakukan agar makin banyak orang yang percaya kepada Allah kita.
III. APLIKASI
Menjadi garam dan terang di era digital menjadi lebih mudah sekaligus lebih sukar. Menjadi lebih mudah karena kita memiliki sebuah wadah terbuka untuk mengabarkan kabar baik. Tapi sayangnya, hal ini tidak dimanfaatkan dengan sangat baik. Justru dengan adalah media sosial, penyakit dan kasus-kasus stress dan depresi meningkat. Orang semakin kurang bersyukur akan diri dan kehidupannya karena membandingkan diri dengan orang lain melalui kehidupan dunia maya. Artinya, setiap kita, terkhusus PERMATA membutuhkan kebijaksanaan untuk menggunakan setiap media sosial sebagai alat mengabarkan kabar-Nya. Menjadi garam dan terang mengartikan kita tertantang untuk terus memberi dampak melalui setiap konten media sosial kita. Kalau dulu kita sering pamer dan berlaku sombong akan keterampilan, sekarang waktunya kita berbagi informasi dan keahlian. Kalau dulu kita sering membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan bentuk tubuh, warna kulit, dan sebagainya; sekarang waktunya kita bersyukur dan berani menunjukkan diri kita di media sosial tanpa harus pusing memikirkan komentar orang lain. Kalau dulu kita sering mengucap ujaran kebencian, sekarang waktunya kita belajar mengucapkan ucapan apresiasi dan pujian kepada semua orang. Jikalau semua ini kita lakukan, maka perkembangan media online menjadi sebuah kemudahan bagi kita untuk mengabarkan kabar-Nya.
IV. DISKUSI – SHARING
- Apa saja media sosial yang kita punya dan seberapa sering kita menggunakannya?
- Konten apa yang sering kita tampilkan dalam media sosial kita? Mari berdiskusi!
- Buatlah tekad untuk menjadi garam dan terang dalam setiap konten media sosial kita dengan mengupload atau posting gambar atau selfie – wefie sambil menandai akun instragram @PERMATAGBKP dan FB PERMATA GBKP.
V. USULAN LAGU
- KEE. 194 – Senang Adi Ras Yesus
- KEE. 274 – Kupuji Kam O, Tuhan
- KEE. 255 – Talenta
Pdt. Indah Sriulina Br. Ginting, M. Th