Bahan Sermon 7-13 Juni 2020

Kisah Para Rasul 19:23-40

23 Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan.
24 Sebab ada seorang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya.
25 Ia mengumpulkan mereka bersama-sama dengan pekerja-pekerja lain dalam perusahaan itu dan berkata: “Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa kemakmuran kita adalah hasil perusahaan ini!
26 Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa.
27 Dengan jalan demikian bukan saja perusahaan kita berada dalam bahaya untuk dihina orang, tetapi juga kuil Artemis, dewi besar itu, berada dalam bahaya akan kehilangan artinya. Dan Artemis sendiri, Artemis yang disembah oleh seluruh Asia dan seluruh dunia yang beradab, akan kehilangan kebesarannya.”
28 Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya: “Besarlah Artemis dewi orang Efesus!”
29 Seluruh kota menjadi kacau dan mereka ramai-ramai membanjiri gedung kesenian serta menyeret Gayus dan Aristarkhus, keduanya orang Makedonia dan teman seperjalanan Paulus.
30 Paulus mau pergi ke tengah-tengah rakyat itu, tetapi murid-muridnya tidak mengizinkannya.
31 Bahkan beberapa pembesar yang berasal dari Asia yang bersahabat dengan Paulus, mengirim peringatan kepadanya, supaya ia jangan masuk ke gedung kesenian itu.
32 Sementara itu orang yang berkumpul di dalam gedung itu berteriak-teriak; yang seorang mengatakan ini dan yang lain mengatakan itu, sebab kumpulan itu kacau-balau dan kebanyakan dari mereka tidak tahu untuk apa mereka berkumpul.
33 Lalu seorang bernama Aleksander didorong ke depan oleh orang-orang Yahudi. Ia mendapat keterangan dari orang banyak tentang apa yang terjadi. Segera ia memberi isyarat dengan tangannya dan mau memberi penjelasan sebagai pembelaan di depan rakyat itu.
34 Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: “Besarlah Artemis dewi orang Efesus!”
35 Akan tetapi panitera kota menenangkan orang banyak itu dan berkata: “Hai orang Efesus! Siapakah di dunia ini yang tidak tahu, bahwa kota Efesuslah yang memelihara baik kuil dewi Artemis, yang mahabesar, maupun patungnya yang turun dari langit?
36 Hal itu tidak dapat dibantah, karena itu hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak.
37 Sebab kamu telah membawa orang-orang ini ke sini, walaupun mereka tidak merampok kuil dewi kita dan tidak menghujat namanya.
38 Jadi jika Demetrius dan tukang-tukangnya ada pengaduannya terhadap seseorang, bukankah ada sidang-sidang pengadilan dan ada gubernur, jadi hendaklah kedua belah pihak mengajukan dakwaannya ke situ.
39 Dan jika ada sesuatu yang lain yang kamu kehendaki, baiklah kehendakmu itu diselesaikan dalam sidang rakyat yang sah.
40 Sebab kita berada dalam bahaya akan dituduh, bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini, karena tidak ada alasan yang dapat kita kemukakan untuk membenarkan kumpulan yang kacau-balau ini.”

Kerusuhan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Macam-macam penyebab kerusuhan. Agama dan kelompok etnis sering menjadi pemicu meletupnya kerusuhan. Namun kerusuhan tidak muncul begitu saja. Disparitas sosial dan khususnya ekonomi seperti api dalam sekam yang menanti siraman bensin agama atau kelompok etnis untuk meledakkan kerusuhan besar.

Lukas yang menulis dua kitab yakni Injil dan Kisah Para Rasul merekam kerusuhan mengenai jalan Tuhan (ay. 23). Dalam ayat ini Lukas menggunakan istilah jalan Tuhan sebagai penyebutan agama Kristen. Kerusuhan itu diprovokasi oleh Demetrius seorang pengusaha pembuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Narasi kerusuhan dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian.

Penyebab (ay. 23)

Pemberitaan Injil yang dilakukan oleh rasul Paulus di kota Efesus mendapat penerimaan yang baik. Banyak penduduk Efesus menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka yang pernah melakukan sihir membakar kitab-kitab sihir seharga 50.000 uang perak (ay. 19). Jumlahnya setara dengan upah buruh selama 50.0000 hari atau 137 tahun.

Persiapan (ay. 24-27)

Melihat banyak penduduk kota Efesus yang percaya kepada Yesus, maka Demetrius berpikir usahanya mendapat ancaman serius. Dalam bayangan Demetrius rakyat semakin sedikit membeli kuil-kuilan atau patung replika dewi Artemis. Keadaan ini membuat kemakmuran para tukang perak menjadi terancam.

. Demetrius menyadari keadaan ini harus dihentikan. Caranya? Mengadakan demonstrasi.

1. Mengumpulkan massa (ay. 25). Demetrius menyadari tindakan protes seorang diri tidak memiliki dampak yang hebat. Ia perlu massa yang besar. Ia mengumpulkan para tukang perak dan para pekerja.

2. Membakar emosi massa (ay. 26-27)

Kumpulan massa tanpa emosi tidak berarti apa-apa. Massa perlu digerakkan. Untuk menggerakkan perlu emosi dibakar. Ini yang dikatakan Demetrius. Perkataannya menyulut emosi massa.

  1. Kemakmuran terancam.

Demetrius memulai pidato dengan menunjuk kepada fakta akan kemakmuran yang telah mereka nikmati selama itu. Kemakmuran itu sekarang terancam. Siapa rela hidup miskin?

  • Keagungan kuil dewi Artemis terancam.

Bila penduduk Efesus dan Asia serta seluruh dunia tidak lagi datang ke kuil untuk menyembah dewi Artemis untuk apa lagi mereka membuat kuil-kuilan dewi Artemis? Mereka semua akan kehilangan mata pencarian. Siapa mau menjadi pengangguran?

  • Kebesaran dewi Artemis terancam.

Demetrius menyatakan bahwa ajaran Paulus bahwa apa yang dibuat tangan manusia bukanlah dewa. Ajaran ini merendahkan dewi Artemis yang selama ini disembah dan dipuja banyak manusia. Apa lagi sekarang sesembahanmu? Maukah engkau hidup tanpa dewa penolong dan pelindungmu?

Pidato Demetrius membakar emosi massa. Demetrius berhasil baik memprovokasi massa. Prof. F.F. Bruce (1988: 374) menulis ”When religious devotion and economic interest were simultaneously offended, a quite exceptionally fervid anger was aroused.” (artinya: Bila kecintaan agama dan keuntungan ekonomi secara bersamaan mendapat hinaan, kemarahan luar biasa bangkit).

Provokasi (ay. 28-34)

Massa yang telah terprovokasi hasutan Demetrius segera bergerak. Dengan penuh kemarahan massa bergerak ke jalan utama kota Efesus. Mereka berteriak-teriak ”Besarlah Artemis dewi orang Efesus” (ay. 28). Teriakan-teriakan di jalan menarik banyak penduduk. Kota menjadi kacau. Kerumunan massa bertambah. Tempat besar menampung kerumunan massa yang besar itu adalah gedung kesenian. Gedung kesenian menurut perkiraan dapat menampung hingga 25.000 orang. Massa juga menyeret Gayus dan Aristarkhus, orang Makedonia, yang menyertai perjalanan Paulus.

Melihat keadaan demikian Paulus ingin pergi ke gedung kesenian. Akan tetapi murid-murid dan beberapa pembesar Asia yang bersahabat dengan Paulus melarangnya untuk pergi.

Massa berteriak-teriak histeris ”Besarlah Artemis dewi orang Efesus” selama dua jam. Kebanyakan dari massa itu turut berteriak tetapi mereka tidak tahu untuk apa mereka berkumpul di gedung kesenian itu. Tidak ada yang dapat mereka perbuat terhadap rasul Paulus kecuali berteriak histeris.

Masyarakat Yahudi di Efesus menyadari bahwa Paulus juga orang Yahudi. Agar mereka nanti tidak menjadi sasaran kemarahan massa, mereka mendorong Aleksander untuk menjadi menjelaskan kepada massa bahwa mereka tidak sama dengan Paulus. Namun massa yang sudah tak terkendali emosinya menolaknya karena menyadari Aleksander bukan penyembah Artemis.

Akhir kerusuhan (ay. 35-40)

Panitera kota, pejabat pelaksana sidang rakyat, setelah melihat massa berteriak histeris selama dua jam, akhirnya berdiri di depan massa. Pidatonya menenangkan massa yang tak terkendali emosinya. Dengarlah pidatonya.

1. Fakta (ay. 35-36)

Panitera kota menunjuk kepada fakta bahwa Efesus memelihara kuil dan dewi Artemis (ay. 35). Fakta ini tidak dapat disangkal. Ini adalah kenyataan. Keagungan kuil dan kebesaran dewi Artemis tidak dalam ancaman oleh siapapun.

2. Tujuan berkumpul (ay. 37)

Kebanyakan mereka yang berkumpul di gedung kesenian tidak tahu untuk apa mereka berkumpul. Panitera kota menyingkapkan kumpulan massa di gedung kesenian tidak memiliki tujuan. Gayus dan Aristarkhus tidak merampok kuil dewi Artemis dan menghujat nama dewi Artemis.

3. Pengadilan (ay. 38-39)

Panitera kota mengingatkan massa bahwa mereka memiliki sistem pengadilan. Perselisihan dua pihak dapat dibawa sidang pengadilan yang dipimpin gubernur. Persoalan lebih besar dan serius dapat diajukan kepada sidang rakyat (ekklēsia) yang dijadwalkan 3 kali dalam sebulan (ay. 39). Panitera kota menunjukkan huru-hara bersumber dari Demetrius serta mendorong Demetrius untuk menempuh jalur pengadilan bila memiliki persoalan dengan Gayus dan Aristarkhus.

4. Huru-hara tanpa dasar (ay. 40)

Panitera menutup pidatonya dengan mengingatkan penduduk Efesus huru-hara yang sedang terjadi tidak memiliki alasan untuk membenarkannya. Sidang rakyat yang kacau dan di luar jadwal seperti sedang terjadi saat ini tidak diterima oleh pemerintah Romawi. Pidato panitera kota menenangkan massa dan membubarkan kumpulan rakyat itu.

Pdt Armand Barus