Bahan Sermon 31 Mei – 6 Juni 2020

2 Korintus 9:6-15

Memberi dengan sukacita membawa berkat

6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9 Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.”
10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,
14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.
15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!

Persembahkan hartamu, maka Tuhan akan membalasnya berlipat ganda. Siapa menabur uang dan harta akan menuai uang dan harta. Bila jemaat sedikit atau jarang menabur persembahan, ia, sebagai akibatnya, jarang dan sedikit menuai uang. Jemaat didorong untuk menabur persembahan sebanyak dan sesering mungkin supaya tuaian berkat dari Tuhan akan berlimpah-limpah. Pengajaran menabur banyak supaya menuai kelimpahan berkat telah melekat di benak banyak jemaat Kristen masa kini. Benarkah ajaran ini? Apakah ajaran ini sesuai dengan pengajaran Alkitab? Bagaimana sesungguhnya ajaran Alkitab tentang memberi persembahan?

Kita belajar dari jemaat Korintus tentang persembahan. Jemaat Korintus, termasuk juga jemaat-jemaat di Makedonia, mengumpulkan uang untuk dipersembahkan kepada jemaat Kristen yang miskin di Yerusalem. Paulus mengajar jemaat Korintus memberi dengan kemurahan hati. Kemurahan hati dalam memberi digambarkan dengan istilah menabur dan menuai.

Menabur (ay. 6-10)

Rasul Paulus menyatakan memberi persembahan seperti menabur dan menuai. Petani paham orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak (ay. 6). Gambaran pertanian digunakan rasul Paulus untuk menegaskan memberi harus dengan murah hati. Kemurahan hati jemaat Korintus dalam memberi persembahan disebut sebagai pelayanan kasih (ay. 12).

Apa saja yang diperlukan untuk menabur dengan kemurahan hati? Sukarela jawab rasul Paulus.

Sukarela (ay. 7).

Memberi dengan sukarela berarti memberi tanpa sedih hati dan paksaan. Memberi persembahan dalam jumlah besar tetapi tak lama merasa menyesal, itulah memberi sedih hati dan paksaan. Memberi dengan sukarela tak lain memberi dengan penuh perhitungan dan jumlahnya dibawa dalam doa. Memberi dengan perhitungan bukan pemberian hitung-hitungan. Memberi dengan perhitungan berarti terlebih dahulu menghitung semua kebutuhan hidup yang diperlukan (belanja konsumsi, transportasi, tagihan PLN/PAM, bayar cicilan, dsb). Setelah dikurangkan semua keperluan hidup mungkin yang tersisa sedikit jumlahnya atau malah tidak ada sama sekali. Akan tetapi jika ia masih memutuskan untuk memberi lebih besar jumlahnya dari yang tersisa, itulah yang disebut kemurahan hati. Kemurahan hati demikian diperlihatkan jemaat-jemaat Makedonia yang memberi persembahan dari kemiskinan mereka (2Kor. 8:1-5).

Apakah memberi berarti berkurangnya apa yang ada pada pemberi? Paulus menyatakan tidak. Terhadap apa yang masih tinggal pada pemberi yang murah hati, Allah akan mencukupkannya dengan segala yang diperlukannya (ay. 8). Allah melimpahkan segala anugerah kepadanya.

Prinsip pemberian sukarela didasarkan rasul Paulus kitab PL. Pertama, Paulus mengutip dari kitab Amsal 22:8. Rasul Paulus mengutip teks terjemahan PL bahasa Yunani (LXX). Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Allah mengasihi orang yang suka memberi karena perbuatan itu mencerminkan perbuatan Allah

Kedua, rasul Paulus mengutip tiga bagian kitab PL yakni Mazmur 112:9, Yesaya 55:10 dan Hosea 10:12. Pemazmur menggambarkan kebahagiaan orang yang takut akan Tuhan dan suka kepada perintah-Nya. Allah memberkatinya dengan berkat materi yang berkelimpahan sehingga ia dengan murah hati memberi kepada orang miskin. Kemurahan hati orang itu disebut sebagai kebenaran yang tetap selama hidupnya. Bukan pemberian dengan murah hati kepada orang miskin yang menjadikannya memiliki kebenaran, melainkan kebenaran yang dimilikinya itu diperlihatkannya melalui pemberian kepada orang miskin dengan kemurahan hati.

Kutipan Yesaya 55:10 dan Hosea 10:12 pada ayat 10 menyatakan kelimpahan yang diberikan Allah kepada jemaat Korintus. Mereka yang menabur benih dengan kemurahan hati, maka yang masih tinggal pada mereka akan dilipatgandakan Allah. Menabur benih kepada orang miskin maka Allah melipatgandakan benih yang masih tinggal padanya sehingga ia menabur lebih banyak lagi.

Menuai (ay. 11-15)

Gambaran kedua dalam memberi adalah menuai. Apa saja yang dituai? Berikut penjelasannya.

Diperkaya (ay. 11)

Jemaat Korintus yang memberi dengan kemurahan hati akan diperkaya dalam kemurahan hati. Kemurahan hati, seperti jemaat Makedonia (2Kor. 8:1-2), adalah bukti kehadiran anugerah Allah dalam hidup jemaat. Pemberian dengan kemurahan hati diperkaya dengan kemurahan hati.

Ucapan syukur (ay. 11-12)

Jemaat Kristen di Yudea bersyukur kepada Allah ketika menerima persembahan jemaat Korintus dan juga jemaat Makedonia. Jemaat miskin di Yerusalem bersyukur kepada Allah karena keperluan dan kebutuhan mereka terpenuhi oleh pemberian jemaat Korintus. Pelayanan kasih dalam bentuk pemberian uang membangkitkan ungkapan syukur bagi yang menerimanya.

Tidak hanya jemaat Yudea yang bersyukur. Rasul Paulus juga bersyukur kepada Allah (ay. 15). Kemurahan hati adalah bukti anugerah di dalam jemaat. Anugerah itu dinyatakan Paulus sebagai ”anugerah yang tak terkatakan” (ay. 15). Paulus bersyukur kepada Allah untuk anugerah itu. Rasul Paulus ketika menulis surat Roma menyatakan bahwa ia ke Yerusalem untuk memberikan persembahan jemaat Korintus dan jemaat Makedonia (Rm. 15:25-26; Kis. 24:17).

Memuliakan Allah (ay. 13)

Jemaat yang menerima pelayanan kasih jemaat Korintus memuliakan Allah. Mereka memuliakan Allah melihat ketaatan dan kemurahan hati jemaat Korintus. Iman pada Yesus yang ditampakkan melalui pemberian yang murah hati membuat mereka yang menerimanya memuliakan Allah.

Merindukan (ay. 14)

Benih yang ditabur jemaat Korintus menghasilkan tuaian dalam bentuk lain yakni persekutuan jemaat. Persekutuan jemaat kelompok etnis Yahudi dan kelompok etnis bukan Yahudi adalah bukti kesatuan jemaat sebagai tubuh Kristus. Jemaat di Yerusalem yang menerima benih dari jemaat Korintus berdoa bagi jemaat Korintus. Tidak hanya doa, mereka juga merindukan jemaat Korintus.

Anugerah (ay. 15)

Dalam teks bacaan istilah anugerah atau kasih karunia (charis) muncul sebanyak kali (ay. 8, 14, 15). Jemaat Yerusalem tidak hanya sekadar melihat jumlah persembahan yang mereka terima yang membuat mereka bersyukur kepada Allah. Di balik itu mereka melihat anugerah Allah secara luar biasa bekerja dalam hidup jemaat Korintus. Inilah yang membuat mereka bersyukur dan memuliakan Allah. Kemurahan hati adalah bukti anugerah. Anugerah diperlihatkan melalui dan di dalam hidup Tuhan Yesus. Kristus memperlihatkan anugerah-Nya ”yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor. 8:9). Tuhan Yesus memberi hingga diri-Nya menjadi miskin. Mungkin jemaat tidak perlu memberi hingga menjadikan dirinya miskin. Akan tetapi memberi dengan murah hati berjalan dalam terang anugerah seperti yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus memberi kepada kita seluruhnya sehingga menjadikan diri-Nya miskin. Inilah kemurahan hati ultimat.

Jadi, menabur uang akibatnya menuai uang ternyata bukan ajaran Alkitab.

Pdt Armand Barus