Renungan Khotbah, Minggu 31 Mei 2020

“Tuhan Menuntun Umat-Nya”

Yesaya 63: 11 – 14
63:11 Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu kala, zaman Musa, hamba-Nya itu: Di manakah Dia yang membawa mereka naik dari laut bersama-sama dengan penggembala kambing domba-Nya? Di manakah Dia yang menaruh Roh Kudus-Nya dalam hati mereka;
63:12 yang dengan tangan-Nya yang agung menyertai Musa di sebelah kanan; yang membelah air di depan mereka untuk membuat nama abadi bagi-Nya;
63:13 yang menuntun mereka melintasi samudera raya seperti kuda melintasi padang gurun? Mereka tidak pernah tersandung,
63:14 seperti ternak yang turun ke dalam lembah. Roh TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin umat-Mu untuk membuat nama yang agung bagi-Mu.

Sejak manusia dikuasai oleh dosa ia tidak mampu lagi melakukan kebenaran, kebaikan, kekudusan, keadilan, dan kasih dalam dirinya, seluruh tingkah laku manusia menjadi “aneh” dalam artian bertindak semaunya sendiri, yang penting saya senang, puas, bahagia, dsb. Semua itu dilakukan untuk dinikmati sendiri, tidak peduli dengan pihak lain, sekalipun pihak lain merasa dirugikan, disakiti, atau diacuhkan. Dengan sikap demikian, berarti manusia sudah kehilangan kemuliaan Allah dalam hidupnya. Tetapi, berbahagialah orang yang menolong sesamanya yang menderita; bukan membuang atau mengucilkan, melainkan mengangkat sesamanya itu keluar dari penderitaannya, karena Tuhan akan menyatakan kasih dan berkat-berkat-Nya kepada kita.

Pergumulan yang dihadapi umat adalah kehidupan saat kembali ke Yerusalem dan usaha membangun kembali Bait Allah. Apa yang terjadi saat mereka kembali? Perasaan mereka asing sekalipun telah kembali ke “rumah” sendiri. Identitas sebagai bangsa pilihan sepertinya kabur. Perasaan bahwa Tuhan sudah jauh dari hidupnya. Pada masa itulah Yesaya tampil memberikan pengharapan dengan mengingat perbuatan Tuhan di masa lampau. Pada ayat 10: Tuhan berubah menjadi musuh, berperang melawan mereka, karena mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus. Saat itulah umat tersadar betapa mereka perlu Tuhan. Mereka bertanya: “Dimanakah Dia…..?” Mereka mencari Tuhan. Tuhan yang sejak zaman dahulu kala, zaman Musa, selalu memberikan pertolongan bagi umat-Nya. Mereka mencari Tuhan yang menaruh Roh Kudus dalam hati umat-Nya (ay 11). Orang Israel tidak pernah lupa terhadap sejarah nenek moyangnya, saat Tuhan membebaskan mereka dari Mesir. Tuhan sendiri yang menyelamatkan mereka menyeberangi laut Merah, dengan membelahnya menjadi dua hingga bisa dilintasi. Mereka tidak tersandung dalam perjalanan, sampai ke tempat perhentian yaitu Kanaan berkat pimpinan Roh Tuhan. Namun bila umat-Nya bertindak sebagai pemberontak, Allah bertindak sebagai musuh bagi mereka. Dalam doa pengakuan dan permohonan ini, Yesaya mewakili bangsa Yehuda memohon agar Tuhan memimpin kembali umat-Nya. Tuhan selalu menunjukkan kepada mereka kuasa-Nya yang melebihi kuasa ilah manapun. Maksud-Nya adalah untuk menyelamatkan mereka dan memegahkan Tuhan.

Kasih Allah nyata melalui darah Kristus yang dicurahkan. Darah yang membasuh dosadosa kita itu memungkinkan kita mengalami pengampunan dan merasakan kembali kasih setia-Nya. Saat kita berontak kepada-Nya, Ia berharap kita segera bertobat, agar Ia memulihkan dan menyelamatkan kita. Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus berarti dari hidup kita tercermin buah dari Roh Kudus, yakni ada kasih, ada sukacita, ada damai sejahtera, ada kesabaran, ada kemurahan, ada kebaikan, ada kesetiaan, ada kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Roh Kudus tidak terbatas hanya dalam ibadah dan doa, tetapi Ia hadir setiap saat, yakni saat kita bekerja, bergaul, dsb.
Renungan: Kadang hal itu membuat Allah ‘terpaksa’ menghukum kita dengan membiarkan penderitaan menerpa kita. Puji syukur kepada Tuhan, kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Ia tetap mengasihi kita, menyertai kita, dan membela kita terhadap perlakuan tidak benar dari musuh-musuh kita. Tetaplah bertekun dalam iman, dan pujilah Dia.

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 31 Mei 2020