BAHAN SERMON PJJ 17-23 Mei 2020

Nats: Imamat 1:1-3.
Tema: Arus mempersembahken simejilena/ simehulina

Korban bakaran
1:1 TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan: 1:2 “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba. 1:3 Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia.

Dalam kitab Imamat tata upacara dalam memberikan persembahan yang masa itu tinggalnya di padang gurun oleh Allah kepada Musa, dan disempurnakan setelah pembuangan dari Babil.  Pertanyaan: Sejak kapan manusia mulai memberi persembahan kepada Tuhan? Alkitab mencatat bahwa orang yang pertama kali mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan adalah kakak beradik Kain dan Habel (Kej 4:3-4). Sejak itu persembahan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Bapa-Bapa leluhur bangsa Israel, dan menjadi suatu adat dan tradisi bagi kehidupan bangsa Israel.  

Pasal 1:1 adalah perintah Tuhan secara langsung kepada bangsa Israel melalui Musa. Tuhan berfirman kepada Musa dari dalam kemah pertemuan=tempat bangsa Israel bertemu dengan Tuhan.  Perintah pertama yang disampaikan Tuhan terkait dengan tata cara ibadah mengenai persembahan, syarat-nya adalah bahwa persembahan yang mereka berikan harus berasal dari lembu sapi atau dari kambing domba (ay. 2).  Tuhan menetapkan standar yang tinggi dan jelas kepada bangsa Israel, ketika mereka mau memberi persembahan kepada Tuhan, mereka harus memberi persembahan (korban bakaran) dari lembu/sapi, kambing/domba, atau bahkan dari burung tekukur/merpati. Jika korban bakaran yang diberikan dari lembu/sapi atau kambing/domba, haruslah korban itu adalah seekor jantan yang tidak bercela (ay. 3 ). Korban bakaran yang diuraikan di sini ialah korban yang seluruhnya dibakar. Peletakan tangan ke atas binatang korban itu mengakibatkan bahwa itu benar-benar korban persembahan dari orang yang bersangkutan, setelah darah tercurah lalu korban itu dipersembahkan oleh imam kepada Tuhan.   Tuhan di sorga itu Suci, Ia hanya menerima yang suci dan tidak bercacat agar jadi milikNya.Dalam hal ini sebenarnya Tuhan menguji tiap-tiap hati orang yang benar-benar mengasihiNya. Yang layak diberi ialah ternak hidup yang tersayang, dibanggakan, dan diasuh seperti anak dari manusia itu sendiri, bukan hewan-hewan mati, liar dan buas, sebab Roh Allah hanya menerima Roh dalam hidup orang percaya yaitu: ketulusan, ketaatan dan kemurnian imannya ketika ia memberikan persembahan kepada Tuhan.

 Tema Arus mempersembahken simejilena/ simehulina.

Mempersembahkan persembahan yang terbaik bagi Tuhan.

================================================ 

  1. Persembahan adalah sarana penyataan dan kesaksian manusia atas pemeliharaan Tuhan . Sebagai orang yang percaya maka kita harus menjaga hidup dan ibadah agar tetap terjadi hubungan baik dengan Tuhan. Dan Tuhan menghendaki agar umatNya tidak sembarangan membawa persembahan. Sebab ketika kita akan beribadah dan memberikan persembahan, sudahkah kita memberikan yang terbaik dan sudah menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan takut akan Tuhan? Yang paling utama adalah bagaimana kita boleh terlebih dahulu mempersembahkan hati dan kehidupan kita bagi Tuhan. Jika hati kita sudah kita persembahkan bagi Tuhan, maka kita tidak akan memiliki masalah ketika kita mempersembahkan yang lain, termasuk uang kita, waktu kita, atau apapun yang kita miliki. Tetapi selama kita belum memberikan hati kita kepada Tuhan, jangan harap kita mau memberikan yang lain dengan hati yang tulus ikhlas. 
  • Korban yang dipersembahkan harus tidak bercacat. Ada dua hal yang diperhatikan yakni kerelaan hati/ ketulusan hati oleh terang iman dan kelayakan dari persembahan yang diberikan. Pada jaman Musa korban yang dipersembahkan itu mampu menyamakan dengan dirinya sendiri, sebagai symbol  kematian korban adalah lambang hidupnya telah mati dalam dosa, dan atas pengampunan Allah ia kembali menjadi orang-orang benar dihadapan Tuhan. Artinya pada saat memberi persembahan ia menyadari bahwa tanpa pengampunan oleh Allah hidupnya bersama keluarganya tetap dibawah kutuk, dibawah murka dan hukuman Allah. Kesadaran yang tinggi inilah maka kita mampu beribadah dan memberi persembahan yang terbaik bagi Tuhan.
  • Tuhan mendidik dan mengajari orang-orang percaya, bahwa segala yang ada dalam hidupnya adalah karena berkat dan anugrah dari Tuhan, maka ketika memberi persembahan ada kerelaan dan sukacita ketika mengucap syukur kepada sang pemilik/ pemberi yaitu Tuhan. Manusia meletakkan tangan ke kepala korban jantan, lalu  menyembelihnya sendiri. Korban kesayangannya yang harus dikorbankan sama seperti perasaan Bapa menaruh Api Roh atas Anak Yesus Kristus dan mengorbankanNya oleh karena dosa-dosa manusia.  Sama seperti Allah oleh kasihnya yang besar untuk kita, demikian jugalah kita mau membuktikan kasih yang tinggi kepada Tuhan melalui kehidupan kita.