Khotbah Minggu 23 Februari 2020

Tuhan Bukit Batuku dan Pertahananku

Masmur 31:1-9

Aman dalam tangan TUHAN
31:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (31-2) Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, 31:2 (31-3) sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! 31:3 (31-4) Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. 31:4 (31-5) Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. 31:5 (31-6) Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia. 31:6 (31-7) Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN. 31:7 (31-8) Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku, 31:8 (31-9) dan tidak menyerahkan aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku di tempat yang lapang. 31:9 (31-10) Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku.

Kita percaya dan beriman bahwa Tuhan yang menciptakan kita, yang menebus kita, Dia yang merancangkan sebuah masa depan yang baik untuk kita yang selalu mencari Dia. Di dalam anugerah-Nya kita boleh hidup, di dalam kemurahan-Nya kita boleh ada, di dalam kebaikan-Nya kita boleh berjalan. Namun di situ kita juga senantiasa harus ingat, ada bagian yang harus kita kerjakan. Walaupun burung tidak menabur, dia bisa diberi makan oleh Tuhan, tetapi ada bagian yang harus dia kerjakan di dalam kaitan pemeliharaan Tuhan. Kita meyakini pemeliharaan Tuhan, tetapi ada tanggung jawab yang harus kita lakukan artinya tidak hanya duduk diam, tapi bekerjalah maka pemeliharaan itu menjadi bagian kita.  

Pada-Mu Tuhan, aku berlindung; janganlah sekali-kali aku mendapat malu…”  Bangsa Israel pernah mendapat malu di dalam sejarah perjalanan hidup, yakni sekitar tahun 703 SM mereka akan memberontak terhadap Asyur, dan mengandalkan pertolongan Mesir. Padahal nabi Yesaya 30 Tuhan sudah mengingatkan jangan sekali-kali engkau meminta pertolongan kepada Mesir. Tetapi apa yang dilihat oleh bangsa Israel begitu menakutkan sehingga mereka tidak mendengarkan nasehat yang disampaikan  Yesaya pada hari itu, mereka meminta bantuan kepada Mesir untuk melawan Asyur. Meminta pertolongan kepada orang bukan tidak boleh, tetapi jangan menjadikannya sebagai andalan adalah sama dengan menjadikannya seperti Tuhan. Pengalaman mengandalkan manusia sewaktu-waktu akan memuaskan kita, tetapi Tuhan cemburu akan hal itu. Firman Tuhan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan” (Yer 17:5). Sebaliknya, “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya kepada Tuhan!” (Yer 17:7). Benarlah apa yang dikatakan oleh Yeremia bahwa orang-orang yang mengandalkan manusia akan hidup di dalam kutuk dan yang mengandalkan Tuhan akan hidup di dalam berkat.   Sekali lagi meminta tolong kepada orang bukan tidak boleh, tetapi yang tidak boleh adalah kalau kemudian di dalam hati kita diam-diam kita mengandalkan seolah-olah dialah yang akan menjadi juruselamat kita; seolah-olah hanya dialah yang bisa menolong kita. Tetapi meminta tolong berarti kita memberi tempat kepada Tuhan untuk berkarya. Ketika kita meminta tolong hati kita sedang terbuka bahwa Tuhan bisa memakai orang banyak dan situasi dan benda apapun untuk bisa menolong kita.  

Bersyukur dan melayani adalah dua sikap yang tidak terpisahkan. Bersyukur adalah konfesi iman kita, melayani adalah buktinya. Hanya dengan bersyukur dan tetap melayani Tuhan maka hati kita akan terpelihara. Contoh: Hidup kita ini kadang sama seperti wanita yang mengandung. Ada masa yang sangat sulit sembilan bulan dia harus bertahan. Kalau dia putus asa, apa yang terjadi? Dia tidak bisa melihat anak itu. Dia harus bertahan tetap tinggal diam dalam masa sulitnya. Meyakini bahwa di dalamnya ada Tuhan menolongnya dan menguatkannya. Dia lihat ada anak yang bertumbuh di rahimnya sampai nanti dilahirkan dan itu yang menguatkan dia. Renungan: Apa yang kita pikirkan sekarang dengan keadaan kita? Kalau sekarang kita sedang berada di dalam keadaan yang sulit, apa yang kita lakukan? Masihkah kita bisa bersyukur dan tetap melayani Tuhan? Asal kita bersyukur, yang baik akan tiba untuk kita sebab Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita selalu ada di dalam kesulitan dan penderitaan. Tidak untuk selama-lamanya. Ada waktunya Tuhan yang terbaik akan memberikan kelepasan dalam hidup kita. (MG).

Renungan dari Pdt. Maslon Ginting