“Melayani Melalui Pekerjaan”
Roma 16:1-5a
16:1 Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang melayani jemaat di Kengkrea, 16:2 supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri. 16:3 Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. 16:4 Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi. 16:5 Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus.
Pada 1993, Nelson Mandela bersama Presiden Frederik Willem de Klerk menerima Nobel Perdamaian atas usaha mereka untuk menghentikan politik apartheid (diskriminasi terhadap kulit hitam) secara damai di Afrika Selatan. Usahanya memulihkan keadaan bangsanya terus berlanjut setelah ia terpilih menjadi Presiden pada 1994, dengan membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (TRC-Truth and Reconciliation Commision). Langkahnya membentuk TRC ialah salah satu jejak karya pelayanan yang selalu diingat oleh bangsanya dan oleh dunia sepajang masa.
Pada zamannya, Paulus juga dikelilingi oleh orang-orang yang meninggalkan jejak pelayanan luar biasa. Diawali ucapan salam kepada Febe yang menyebutnya sebagai our sister; secara konteks Paulus ingin mereka menyambut Febe di dalam Tuhan dan yang telah memberikan bantuan jika diperlukan terutama bantuan kepada jemaat di Korintus. Paulus mengatakan Febe sebagai seorang diakonos atau sebagai anggota majelis di Kengkrea. Dalam 1 Tim 5:1-2 disebutkan “Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu, dengan hati penuh kemurnian. Demikian juga Priskila dan Akwila yang telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk Injil (ayat 3-4). Pada tahun 49 mereka diusir dari Roma oleh kaisar Klaudius. Dari Roma mereka pergi ke Korintus dan bertemu dengan Paulus dan dari Korintus mereka pindah ke Efesus dan bertemu Apolos. Di Efesus, mereka tetap bekerja sebagai tukang tenda sambil mengabarkan Injil serta menjadikan rumah mereka sebagai tempat ibadah. Karena Injil kehidupan, mereka sering berpindah-pindah, tetapi di manapun tinggal mereka mendirikan Gereja dan setia mengumpulkan jemaat di rumah mereka. Walaupun kemungkinan besar mereka adalah seorang businessman dengan bekerja sendiri namun tugas panggilannya sebagai saksi Tuhan tetap menjadi hal yang utama.
Sudah merupakan kewajiban dan tanggungjawab dari setiap orang yang telah percaya pada Yesus untuk mewartakan Injil kepada setiap orang baik melalui perkataan, maupun perbuatan, atau cara hidup kita, karena pewartaan Injil itu adalah amanat agung dari Tuhan Yesus Kristus ( Mat 28:18-20). Penginjilan akan lebih bermanfaat jika orang yang kita Injili dimenangkan agar dapat memahami apa kehendak Tuhan dalam dirinya. Kita harus memberitakan Injil, sebab dengan menjadi pemberita Injil, kita telah menjadi mitra kerja Allah. Marilah setiap kali kita bekerja dan melayani, dengan sekuat tenaga berjuang dengan penuh kekuatan agar menjadikan gereja kita sebagai rumah kedua bagi orang-orang yang terhilang dan kesepian. Jika semua hal ini dilakukan dengan segenap hati, percayalah pertolongan dan kasih Allah akan tercurah bagi kita. Renungan: Marilah kita lihat diri dan pelayanan kita kepada Tuhan, jejak apakah yang telah kita torehkan dalam membangun iman orang lain bagi Tuhan? Teladan iman yang ditinggalkan Paulus dan rekan-rekannya kiranya menyegarkan semangat dan motivasi kita kepada panggilan Tuhan yang menjadikan kita sebagai duta Kristus di dalam dunia ini.
(Pdt. Maslon Ginting).