Khotbah Minggu 26 Agustus 2018

“Setia dalam Iman”
Pilemon 1:1-7

1:1 Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami
1:2 dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu:
1:3 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
1:4 Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, 1:5 karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. 1:6 Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus.
1:7 Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku.

Dalam relasi dengan Tuhan, kita dituntut supaya setia kepada Tuhan.  Kesetiaan itu ditandai dengan ketaatan dalam melakukan segala sesuatu yang Dia perintahkan seperti yang difirmankan-Nya dalam Alkitab. Ada penghargaan tinggi dari Tuhan kepada setiap orang yang setia kepada-Nya. “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;… masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” – Matius 25:21. Kesetiaan bukan ditentukan oleh pangkat, jabatan, latar belakang, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Kesetiaan ada korelasinya dengan tanggung jawab kita kepada siapa kita harus setia. Kesetiaan kepada Tuhan dibuktikan oleh jalan-jalan hidup kita di hadapan Tuhan. Bagaimana caranya?  Sebagai orang-orang percaya harus memperlengkapi hidup dengan:

Kesabaran. Panggilan Kristus terhadap diri kita adalah siap untuk bertarung, walaupun  kita tidak dapat memahami perintah-Nya atau mengapa Ia menempatkan kita pada situasi yang sulit, namun bila dijalani dengan kesabaran, kita akan menang.

Fokus pada tujuan. Ketulusan dan keikhlasan dalam iman sangat penting untuk diandalkan, karena langkah inilah membuat kita berjalan terus dalam iman.

Mengabdi dengan tulus. 2 Kor 5:9 : Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Pilemon adalah seorang tuan tanah berkebangsaan Yunani yang berdomisili di lembah Lycus wilayah Kolose. Afia mungkin istri Pilemon dan Arkhipus adalah anak mereka. Keluarga Pilemon menjadi berkat bagi persekutuan orang-orang percaya sebab rumahnya dijadikan sebagai tempat ibadah karena pada waktu itu belum ada  bangunan resmi sebagai gereja, karena adanya tekanan dan penganiayaan secara sporadis terhadap kekeristenan. Perkembangan dan pertumbuhan jemaat pada waktu itu menjadikan Paulus menjadi sangat bersukacita.  Oleh karena itu, ia menegaskan agar tetap setia dalam persekutuan iman, dan berjuang untuk kemuliaan Kristus. Sebagai kepala keluarga Pilemon (Mamre), ia tidak hanya berkorban membantu orang-orang percaya, tetapi bagaimana ia mampu bertahan dalam imannya disaat tekanan datang, disaat persoalan muncul dalam usahanya, diwaktu hambanya Onesimus berhianat.

Dalam minggu Mamre ini, kita dipersiapkan:

Setia dan taat karena dasarnya adalah takut akan Tuhan. Mamre harus mampu menunjukkan jati dirinya dimanapun, dalam hal apapun bahwa dia adalah Mamre.

Menjadi pemimpin yang berkualitas. Ia mampu membina kedekatan kepada seluruh anggota keluarga dalam berkomunikasi secara terbuka dan terarah. Mampu  memberi teladan dalam iman dan tindakan sehingga semuanya bersukacita dalam Tuhan. Karena hidup dan teladannya, anggota keluarga bangga dan bersyukur kepada Tuhan.

Renungan: Bila seorang Mamre tidak mampu mengatur dirinya, mengatur keluarganya, akan mampukah ia mengatur hidup orang lain?. Jadilah teladan iman.

Pdt. Maslon Ginting