Khotbah minggu 1 Juli 2018

“Tuhan Menyiapkan Tanah yang Subur, Tanamlah.”

(Masmur 107:33-43).

107:33 Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang gurun, dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang,

107:34 tanah yang subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya.

107:35 Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air, dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air.

107:36 Ditempatkan-Nya di sana orang-orang lapar, dan mereka mendirikan kota tempat kediaman;

107:37 mereka menabur di ladang-ladang dan membuat kebun-kebun anggur, yang mengeluarkan buah-buahan sebagai hasil.

107:38Diberkati-Nya mereka sehingga mereka bertambah banyak dengan sangat, dan hewan-hewan mereka tidak dibuat-Nya berkurang.

107:39 Tetapi mereka menjadi berkurang dan membungkuk oleh sebab tekanan celaka dan duka.

107:40 Ditumpahkan-Nya kehinaan ke atas orang-orang terkemuka, dan dibuat-Nya mereka mengembara di padang tandus yang tiada jalan;

107:41 tetapi orang miskin dibentengi-Nya terhadap penindasan, dan dibuat-Nya kaum-kaum mereka seperti kawanan domba banyaknya.

107:42 Orang-orang benar melihatnya, lalu bersukacita, tetapi segala kecurangan tutup mulut.

107:43 Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN.

Saudara dalam Yesus Kristus, seiring dengan perkembangan zaman ini,  secara tidak langsung kita akan digiring kepada kehidupan yang sifatnya hedonisme dan materialisme. Dengan keadaan ini orang semakin banyak menunjukkan kehebatan dirinya bahwa ia adalah orang super dan mampu bersaing dengan dunia sekitarnya. Memang secara sosial, wajar-wajar saja, namun harus disadari bahwa, hidup orang percaya haruslah menjadi berkat  bukan menjadi ancaman, apa lagi menjadi sumber bencana dan hal inilah yang dinyatakan melalui renungan kita di hari minggu ini.

Pemasmur menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang setia dan penuh cinta kasih. Namun,  ada dua tipe muncul sebagai respons manusia terhadap perbuatan Allah yang ajaib itu. Pertama  ada orang-orang yang suka melawan dengan melakukan perbuatan jahat. Akibat dari kejahatan itu sendiri akan melahirkan dosa sehingga Tuhan menjadi murka. Sebagai hukuman terhadap umatnya, urat nadi kehidupan, yakni tanah tempat mereka bekerja menjadi tercemar (33-34). Tanah yang tadinya subur berubah menjadi padang gurun, tanah yang dulunya merupakan pancaran-pancaran air kini berubah menjadi gersang dan asin. Hal ini terjadi  bukanlah karena alamiah tetapi merupakan penghakiman dan penghukuman dari Tuhan bagi orang-orang jahat seperti kejadian  kota Sodom dan Gemora. Karena kejahatan umat Israel tanah Kanaan yang dulunya subur kini berubah menjadi tanah-tanah yang tandus. ayt 39-41. Walaupun demikian terjadi, Tuhan tidak pernah membiarkan bahkan meninggalkan mereka hidup dalam penderitaan. Tuhan tetap membuka pintu kasih-Nya dan berulangkali mengangkat mereka supaya  mereka sadar agar masa depan umat-Nya pun semakin lebih baik. Dengan pertimbangan-pertimbangan inilah orang-orang benar tetap bersukacita, karena hidup dan masa depannya menjadi terang karena pemeliharaan Tuhan.

Respons kedua adalah orang-orang benar  bersukacita (ayat 42), karena mereka dihibur oleh Tuhan seperti tukang periuk membentuk bejana dari tanah liat. Mereka melihat bahwa keangkuhan direndahkan sampai ke tanah dan mereka menyaksikan sesungguhnya Allah yang memberi keadilan di bumi. Dengan demikian ateisme (ketidak percayaan kepada Allah) adalah sebagai dasar dari segala dosa yang menyebabkan datangnya penderitaan dan penghukuman dari Tuhan.

Orang-orang benar selalu memperhatikan hikmat dan kemurahan Tuhan, sehingga kita  mampu melihat tindakan pemeliharaan Tuhan atas hidup kita. Oleh karena itu  dalam ayat 43: siapa yang mempunyai hikmat biarlah ia membuktikan dan memanfaatkan hikmatnya itu dalam segala kebajikan. Ketika kita merenungkan, mengamati pemeliharaan Tuhan dengan sungguh-sungguh; tergeraklah hati kita menjadi seorang pribadi Kristen yang sejati. Dan saat itulah kita bersukacita dalam menabur dan menanam. Ingatlah: sebab apa yang kita tanam itu jugalah yang akan kita tuai.

Oleh karena itu, tanamlah hikmat.

 

Pdt. Maslon Ginting