Khotbah Minggu 10 Juni 2018

Mejingkatlah! Ola Perkisat

(Kisah Para Rasul 20:32-38)

20:32 Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.

20:33 Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga.

20:34 Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.

20:35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”

20:36 Sesudah mengucapkan kata-kata itu Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua.

20:37 Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia.

20:38 Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena ia katakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal.

 

Kemalasan adalah racun yang melumpuhkan jiwa orang Kristen. Malas menjangkiti dan menyebar tanpa disadari dan terlihat. Kemalasan baru terasa setelah jemaat mengalami akibatnya, misalnya, mencuri. Jemaat Efesus malas bekerja. Akibatnya? Mereka mencuri (Ef. 4:28). Jemaat Kristen harus membuang racun kemalasan dalam empat kegiatan:

1. Penugasan

Rasul Paulus berada di Miletus, sekitar 1,5 hari jalan kaki dari Efesus. Kapal yang membawa Paulus sedang bersiap berangkat. Paulus menghitung cukup waktu untuk bertemu dengan penatua-penatua dari Efesus sebelum berangkat ke Yerusalem. Bagaimana caranya? Jika Paulus berjalan kaki ke Efesus, ada kemungkinan kapal meninggalkannya. Oleh karena itu Paulus menugaskan seorang jemaat dari Miletus untuk menjemput penatua-penatua dari Efesus (ay. 17). Tidak disebutkan nama jemaat itu. Ia segera berangkat ke Efesus setelah mendapat tugas dari Paulus. Ia tidak perlu memberi beragam alasan untuk menghindari bahkan menolak tugas itu. Mengapa? Karena ia paham percakapan Paulus dengan penatua-penatua Efesus bukan sekadar perjumpaan biasa atau melepas rasa rindu. Ia paham sekali betapa pentingnya percakapan Paulus dan penatua Efesus untuk pertumbuhan jemaat Tuhan Yesus. Ia tidak melihat Paulus atau tugas yang diterimanya. Ia juga tidak melihat jauh dan sulitnya perjalanan ke Efesus. Ia menyadari tugas yang diberikan Paulus kepadanya adalah bentuk pelayanannya kepada Yesus Kristus, Tuhan yang begitu dikasihinya. Jemaat yang tidak disebut namanya itu tidak malas menerima dan mengerjakan tugas.

2. Pengajaran

Penatua-penatua Efesus telah mendengar pengajaran Paulus selama tiga tahun (ay. 31). Meski demikian mereka tetap bersemangat untuk mendengar kembali ajaran Paulus. Itu sebabnya mereka tidak menunda keberangkatan ke Miletus untuk memenuhi undangan Paulus (ay. 17). Apakah mereka rindu kepada Paulus sebagai pendiri jemaat Efesus? Mungkin saja. Akan tetapi bukan ini alasan mereka datang ke Miletus. Mereka sadar pentingnya pengajaran rasul Paulus untuk perkembangan jemaat Efesus. Rasul Paulus mengajar penatua Efesus mengenai prinsip-prinsip pelayanan gereja (ay. 18-35). Mereka mengerti bahwa jemaat Efesus adalah jemaat Kristus. Mereka rela menempuh perjalanan jauh untuk mendengar pengajaran Paulus karena dan untuk Kristus. Penatua Efesus tidak malas mendengar pengajaran rasul.

3. Pelayanan

Paulus bekerja sebagai tukang tukang kemah (Kis. 18:3). Pekerjaan itu tampaknya cukup untuk mendukung biaya hidup dan pelayanan Paulus dan rekan sekerjanya yang jumlahnya tidak sedikit. (ay. 34). Sebenarnya Paulus berhak untuk mendapat dukungan finansial dari jemaat-jemaat Kristen. Namun Paulus tidak ingin menjadi beban bagi jemaat. Tuhan memberkati usaha dan kerja sebagai tukang kemah sehingga Paulus bersaksi ”perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga” (ay. 33). Paulus bekerja keras bukan untuk mencari dan menumpuk harta. Pelayanannya tidak berorientasi materi. Hasil kerja Paulus digunakan untuk keperluan hidupnya dan rekan sekerja dan untuk menunjang pelayanan pemberitaan Injil. Dengan perkataan lain, Paulus bekerja untuk Kristus. Tugas sebagai rasul Kristus tidak membuat Paulus malas bekerja.

4. Pemberian

Cakupan pelayanan Paulus luas. Paulus tidak hanya memberitakan Injil Kristus agar manusia percaya dan menerima hidup kekal, tetapi juga menolong orang miskin secara finansial. Pemberian diberikan kepada orang lemah bukan karena rasa kasihan, melainkan karena Kristus. Paulus melakukannya untuk Kristus. Dasar pemberian Paulus adalah perkataan Yesus ”adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (ay. 35). Tugas sebagai pemberita Injil tidak menjadikan Paulus malas memperhatikan orang miskin.

Sekarang periksalah diri sendiri. Apakah racun-racun kemalasan telah menguasai Anda? Malas mengerjakan tugas? Malas mendengar pengajaran? Malas pelayanan? Malas memberi?

 

Pdt. Armand Barus