Khotbah Minggu 6 Mei 2018

“Rendelah Muji Tuhan”
(1 Tawarikh 16:7-13)

Nyanyian puji-pujian Daud

16:7 Kemudian pada hari itu juga, maka Daud untuk pertama kali menyuruh Asaf dan saudara-saudara sepuaknya menyanyikan syukur bagi TUHAN:

16:8 Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa!

16:9 Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!

16:10 Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN!

16:11 Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! 16:12Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya,

16:13 hai anak cucu Israel, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya!

Agama Kristen adalah agama yang bernyanyi. Jemaat menyanyikan imannya. Jutaan lagu dan syair diciptakan untuk mengekspresikan imannya. Imannya bernyanyi, itulah orang Kristen.

Jemaat masa kini sering terjebak ke dalam dua pandangan ekstrem tentang nyanyian. Sebagian jemaat merasa harus menyanyikan lagu baru dalam ibadah, lagu lama dipandang kuno dan usang. Sebagian lagi, kukuh berpendapat jemaat hanya boleh bernyanyi nyanyian lama. Lagu baru belum teruji oleh zaman dan masih duniawi. Coba bayangkan. Sekiranya Anda berada di tempat di mana tidak ada gereja, lagu apakah yang akan dinyanyikan? Lagu yang terpaksa Anda ciptakan sendiri atau lagu-lagu lama yang sudah Anda kenal sebelumnya? Sebaliknya, bila Anda berada dalam komunitas Kristen yang besar jumlahnya, lagu apa yang Anda nyanyikan? Lagu lama atau lagu baru? Jika lagu-lagu lama, Anda sedang memberi pesan kepada generasi muda, imanmu tidak cukup bagus untuk digubah menjadi nyanyian. Bila lagu baru, Anda menyatakan kepada jemaat, iman jemaat selama ribuan tahun di masa lalu tidak bagus. Mana yang benar? Lagu-lagu lama sebagai kekayaan iman jemaat pada masa lalu tetap dinyanyikan dan lagu-lagu baru sebagai ekspresi iman pada zamannya turut dinyanyikan. Dengan demikian iman jemaat masa kini adalah kesinambungan iman jemaat masa lalu yang sedang menuju kesempurnaan iman di masa depan. Dengan perkataan lain, nyanyian pujian jemaat adalah wujud masa lalu dan masa depan gereja sebagai persekutuan orang beriman.

Mengapa bernyanyi bagi Tuhan? Janji Allah telah digenapi. Umat Israel mengalami penggenapan janji ’Kepadamu akan Kuberi tanah Kanaan sebagai milik pusaka yang ditentukan bagimu’ (ay. 18). Ini janji Allah kepada Abraham seperti terekam dalam Kejadian 12:7. Penggenapan janji ditandai dengan hadirnya tabut Allah di Yerusalem (ay. 1). Tabut adalah simbol bahwa Allah hadir dan tinggal di antara umat pilihan-Nya. Allah hadir sebagai Raja (ay. 31) dan Hakim (ay. 33).

Apa respons umat terhadap kesetiaan Allah pada janji-Nya? Bersyukur bagi Tuhan (ay. 8, 34). Nyanyian syukur umat diiringi musik. Raja Daud menugasi suku Lewi sebagai pemusik di Bait Allah (15:16-23; 16:4-7). Umat bernyanyi didampingi pemusik. Apa semua alat musik boleh digunakan untuk memuji Tuhan? Apakah hanya organ atau piano saja yang diperbolehkan? Bagaimana dengan gitar dan drum atau alat perkusi? Bagaimana dengan alat musik tradisional? Umat pada masa itu menggunakan semua alat musik yang mereka kenal sebagai pengiring nyanyian pujian. Jemaat masa kini juga boleh menggunakan semua alat musik mengiringi nyanyian pujian jemaat.

Nyanyian umat pada 1 Tawarikh 16 bila diteliti cermat memiliki kesamaan dengan Mazmur 96, 105, 106. Pertama, ayat 8-22 mirip Mazmur 105:1-15. Kedua, ayat 23-33 tidak jauh beda dengan Mazmur 96:1-13. Ketiga, ayat 34, 35-36 dijumpai juga dalam Mazmur 106:1, 47-48. Apa yang dapat dipelajari di sini? Nyanyian lama dinyanyikan kembali dalam memuji Tuhan. Nyanyian baru juga terus diciptakan. Tidak perlu membuang nyanyian lama ketika muncul nyanyian baru. Bila dahulu umat Allah tetap menyanyikan nyanyian lama dan terus menciptakan nyanyian baru, mengapa jemaat masa kini tidak mengikutnya? Mengapa jemaat membuang nyanyian lama atau menolak nyanyian baru? Bersyukurlah dan bernyanyilah bagi Tuhan dengan nyanyian lama dan baru!

(Pdt. Armand Barus)