Khotbah Minggu 13 Mei 2018

“Ibegikan Tuhan Pertotondu”

(2 Raja-raja 20:1-7)

 Musuh sedang mengepung kota. Anda sendiri sakit hampir mati. Seandainya Anda adalah rajanya, apa yang Anda akan perbuat? Masalah bertubi-tubi datang. Satu masalah belum selesai, masalah baru sudah muncul. Apa tindakan Anda?

Raja Hizkia sedang menghadapi dua masalah besar. Tentara kerajaan Asyur sedang mengepung Yerusalem (ay. 6). Rakyat Yehuda berada dalam keadaan hidup atau mati. Raja Hizkia sendiri sedang menghadapi penyakit terminal (ay. 1). Hidupnya tidak lama lagi padahal usianya masih 39 tahun. Hizkia sakit bukan karena dosa atau sebagai hukuman Allah terhadap dirinya. Oleh karena Hizkia hampir mati, nabi Yesaya meminta Hizkia untuk mempersiapkan penggantinya (ay. 1). Apa respons Hizkia? Hizkia berdoa (ay. 3). Hizkia memalingkan mukanya dari tatapan Yesaya ke arah dinding. Artinya Hizkia mengarahkan wajahnya sekarang kepada Allah dalam doa.

Apa isi doanya? Menarik untuk dicatat bahwa Hizkia tidak meminta kesembuhan penyakitnya bahkan ia tidak meminta kelepasan dari kepungan tentara Asyur. Berbeda dengan doa Hizkia sebelumnya yang terarah kepada Allah (19:15-16), kali ini doa Hizkia terarah pada dirinya. Pertama, Hizkia meminta Allah untuk mengingat (ay. 3). Artinya Hizkia memohon Allah untuk segera bertindak dan intervensi berdasarkan ikatan perjanjian-Nya (covenant) dengan umat. Kedua, Hizkia menyaksikan hidup sesuai tuntutan perjanjian Allah dengan umat di Sinai. Hizkia menyebut tiga karakter dirinya: setia, tulus hati dan melakukan apa yang baik (ay. 3). Tiga karakter ini menegaskan Hizkia hidup dalam perjanjian dengan Allah. Ketiga, Hizkia menangis (ay. 3). Tangisan Hizkia menyingkapkan kesedihan mendalam karena ia tidak memiliki pengganti raja Yehuda.

Mengapa Allah segera menjawab doa Hizkia? Allah menjawab doa Hizkia berdasarkan dua hal yakni: telah Kudengar doamu, dan telah Kulihat air matamu. Sama sekali tidak disebutkan tiga karakter Hizkia sebagai dasar Allah menjawab doanya. Apa karakter itu tidak penting? Tiga karakter itu adalah wujud kehidupan perjanjian. Allah terikat perjanjian dengan Daud. Ini sebabnya Allah mendengar doa Hizkia dan ini juga sebabnya Allah melihat air mata Hizkia. Allah telah berjanji kepada Daud ”Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya” (2Sam. 7:16). Perjanjian inilah yang sedang digenapi melalui hidup Hizkia (Mat. 1:10).

Meski Hizkia tidak meminta kesembuhan penyakit dan kelepasan dari kepungan musuh, Allah memberi yang dibutuhkan Hizkia. Pertama, Allah menambah waktu pemerintahan Hizkia selama 15 tahun (ay. 6). Dengan demikian Hizkia memerintah Yehuda selama 29 tahun (2Raj. 18:2). Cukup waktu bagi Hizkia mempersiapkan anaknya Manasye menjadi raja. Manasye diangkat menjadi raja memerintah di Yerusalem ketika berumur 12 tahun (2Raj. 21:1). Kedua, Allah melepaskan kota Yerusalem dari kepungan raja Asyur. Janji Allah ini digenapi dan dicatat dalam 2 Raja-raja 19:35-36.

Hidup raja Hizkia merupakan perwujudan perkataan Tuhan Yesus ”Jikalau kamu tinggal dalam Aku dan firman-Ku tinggal dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7). Allah mendengar doa bukan karena kita baik dan saleh, melainkan karena persekutuan kita dengan Yesus. Oleh karena itu, mintalah apa saja kepada-Nya.

(Pdt. Armand Barus)