“Berdoalah Terus Menerus”
Dalam iman Kristen, doa bukan aktivitas rohani yang dilakukan apabila seseorang memiliki waktu untuk melakukannya. Doa juga bukan aktivitas yang dilakukan apabila seseorang memiliki kebutuhan yang urgent, tetapi kemudian ia tidak pernah melakukannya kembali. Doa bukan pula suatu aktivitas rutin tanpa nilai-nilai spiritualitas di dalamnya. Doa adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan iman seseorang. I. John Hesselink mengatakan: “[O]ne of the most important aspects of the life of the faith is prayer.” Demikian pula, Simon Chan mengatakan bahwa “Doa adalah tanda kehidupan iman. . . . Seluruh kehidupan orang Kristen dapat digambarkan sebagai kehidupan doa.” Karena itu, sudah semestinya setiap orang percaya senantiasa berdoa (bdk. Luk. 18:1; 1Tes. 5:17). Secara sederhana, doa dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana manusia menjalin hubungan dengan Allah. Dalam Institutio-nya, John Calvin mengatakan bahwa doa adalah suatu penghubung antara manusia dengan Allah. Meski Allah telah memberikan janji-Nya, namun Ia menghendaki umat-Nya memintanya di dalam doa. Selain itu, menurutnya, doa juga menjelaskan betapa lemah umat-Nya dalam menghadapi kehidupan sehingga mereka perlu terus menerus memohon pertolongan-Nya. Namun, Alkitab tidak hanya mengajarkan kepada umat Tuhan untuk tekun berdoa, melainkan juga memerintahkan agar mereka melakukannya “di dalam Roh Kudus” (praying in the Spirit).
Bagaimana berdoa? Paulus mengatakan bahwa orang Kristen harus berdoa setiap saat. Tidak hanya setiap saat, juga berdoa dengan berbagai bentuk doa dan permohonan. Doa juga disampaikan dengan tidak putus-putus. Berdoa tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk semua jemaat. Berdoa setiap saat dalam semua permohonan yang tak putus-putus kepada semua orang kudus, tidak otomatis berarti berdoa dalam Roh. Doa dalam Roh berarti doa yang digerakkan dan dipimpin oleh Roh Kudus. Paulus juga menyadari bahwa ia bergantung pada Allah. Ia tidak segan-segan memohon agar jemaat juga mendoakannya. Paulus tidak berbasa-basi dalam hal ini. Doa jemaat untuk Paulus tidak hanya merupakan ekspresi persekutuan di antara keduanya, juga merupakan pernyataan bahwa jemaat dan Paulus bergantung pada Allah.
Secara khusus, Paulus memohon agar ia dengan benar dan berani menyampaikan Injil. Semua pemberita Injil membutuhkan dua hal ini, yakni benar dan berani. Benar mengerti Injil, tetapi tidak berani memberitakannya menunjukkan Injil yang tanpa kuasa. Sebaliknya, berani memberitakan Injil, tanpa pengertian yang benar, memperlihatkan Injil yang tanpa hikmat.
Jadi, sudah seharusnya seorang Kristen harus berdoa kepada Tuhan terus menerus. (RM)